Sebelum masa kemerdekaan, Indonesia mengenal istilah drama tradisional, yaitu bentuk drama yang yang bersumber dari
tradisi masyarakat lingkungannya. Drama tradisional ini
merupakan hasil kreatifitas berbagai suku bangsa Indonesia di beberapa daerah.
Drama tradisional bentuknya mengikuti adat
kebiasaan yang turun temurun dan tidak mengikuti kepribadian senimanya.
Kepribadian seniman hanya muncul di dalam permainan, tetapi tidak di dalam
menciptakan perubahan bentuk drama (Rendra; 2009).
Di Eropa barat, drama tradisional sudah tidak
muncul lagi kecuali dimunculkan dalam rangka mengingat atau sekedar ingin tahu.
Hal itu karena masyarakat eropa bukan
lagi masyarakat tradisi yang ketat.
Di timur, tradisi masih kuat, sekali pun sudah
maju seperti jepang. Drama tradisional masih mendapat tempat di masyarakat. Hal
ini karena tradisi di Timur sempat berkembang lebih lebih lama, sehingga sempat
di dukung oleh penalaran yang lebih rumit.
Dengan latar budaya dan tradisi yang seperti itu,
di timur, khususnya Indonesia, drama tradisional masih hidup sampai sekarang
dengan spontan dan dorongan dari masyarakat.
Secara keseluruhan, drama tradisional di Indonesia
memiliki beberapa kesamaan:
Pertama, kecuali sandiwara dari rombongan
profesional, semua sandiwara tradisional di Indonesia tidak mengenal gedung
pertunjukan dan juga tidak mengenal tata panggung.
Kedua, semua sandiwara tradisional, baik
profesional maupun yang bukan, tidak mengenal naskah. Seluruh ucapan di
improvisasikan, kecuali yang dinyanyikan.
Sumber: Modul TELAAH DRAMA Prodi Sastra Indonesia Universitas Pamulang
No comments:
Post a Comment