Monday, November 27, 2023

ANAM; PENYAIR (DARI) MASA DEPAN

Cacatan ini disampaikan pada Bincang Kreatif Karya Sastra Festifal Literasi Tangsel, 25 November 2023.

Sebelum melanjutkan membaca, siapkan kopi dan cemilan, paling tidak, obat mual. Karena tulisan ini bisa berdampak menjadikan pembaca mual. Satu lagi, abaikan judulnya.

Oh iya, sempatkan juga membaca tulisan saya sebelumnya yang ada di blog ini, jika berminat.

mari kita mulai.

-----------------------

Menanggapi situasi munculnya artificial Intelligence dalam format Chat GPT dan Chat Bot, nampaknya penulis harus waspada. Kian hari, Chat Bot ini bisa mengacam potensi dan posisi penulis. Semakin hari, pengguna Chat Gpt semakin banyak. Dengan sendirinya, otak utama Chat Gpt terisi dengan data yang semakin beragam. Terlebih jika si-pengguna Chat Gpt cerdas, maka dia akan semakin cerdas.

Jika kita menanggapi kehadiran Chat Gpt dengan benar, sebetulnya banyak faedah yang bisa dinikmati. Ia bisa menjadi kawan yang asik untuk berbagi ide, menggali ide, dan mengatasi writer's block. Artinya, kalau kita gunakan dengan baik, maka kita akan terbantu. Namun, jika tidak dimanfaatkan dengan baik, maka kita akan terlibas oleh para pengguna Chat Gpt. (bingung kan--- wkwkwk) Kemungkinan yang terlihat paling dangkal adalah orang yang menggunakan Chat Gpt akan produktif, bisa dengan cepat menuangkan ide kedalam bentuk tulisan. Ini keren, selama penggunanya keren. 

Ketika penggunanya biasa-biasa saja, maka karya yang dihasilkan dengan bantuan Chat Gpt juga akan biasa-biasa saja, bahkan jelek. Ini terjadi karena, Chat Gpt mempelajari habit dari penggunanya. Terlepas dari itu semua, dampak terbaik dari hadirnya Chat Gpt adalah bisa mendorong kreatifitas dan produktifitas. Kemudian bagaimana dengan dampak negatifnya? 

Saturday, May 27, 2023

KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL YANG TIDAK INTERNATIONAL; SEBUAH CACATAN

Cacatan disampaikan pada bedah buku Kabayan, Dul Go International Karya Nuraeni Martawisastra Djunaedi yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tangerang, 25 Mei 2022.

Sebelum membaca, sila siapkan dulu cemilan atau kopi atau benda lainnya yang bisa membuat tenang, karena tulisan ini bisa jadi memicu serang mual dan sebagainya. wakakaka.

Selamat membaca, dan mari kita mulai!!!

------------------------

Maaf, jika judul tulisan ini terasa terlalu bombastis. Tapi itulah adanya setelah saya berulang-ulang, mencoba membaca dan menelaah isi buku yang berjudul KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL karya Nuraeni Martawisastra Djunaedi. Tulisan lain dari Nuraeni bisa dibaca di sini.

gambar ini, dari sini.

Ketika berhadapan dengan sebuah buku, umumnya semua orang, atau mungkin hanya saya saja, impresi pertama selalu datang dari judul buku, kemudian sampulnya, meski dalam kepala selalu tertanam jangan menilai buku dari sampulnya. Tapi pada kenyataanya tetap saja, mata selalu menjajah pikiran lebih kuat.

Dari sampul yang kita lihat, kita dijajaki imajinasi yang kemudian memunculkan pertanyaan, apa isinya? Bahkan kadang-kadang yang sering terjadi, karena tampilannya tidak oke, kita tidak jadi membaca sebuah buku. Beruntunglah teman-teman tunanetra yang tidak pernah dijajah mata dan tidak pernah melakukan penilaian terhadap buku berdasarkan sampulnya.

Dihadapan buku dengan judul KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL, saya dibuat bingung. Selain karena bukunya menggunakan dua Bahasa, Inggris dan Indonesia dengan Inggris yang lebih dominan, saya juga bingung dengan bentuk tulisan yang tersaji dan siapakah sasaran pembaca tulisan dari buku ini.

Apakah buku ini adalah kumpulan puisi, kumpulan cerpen, novel, atau drama? dari empat bentuk yang saya sebut, mungkin hanya puisi yang kemungkinannya kecil. Meski puisi seringkali memiliki kebebasan menciptakan bentuk, tapi rasanya terlalu maksa untuk menyebut KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL sebagai kumpulan Puisi.

Begitu juga dengan bentuk yang lainnya. Pada sub judul dalam buku KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL yang jumlahnya ada 28 judul, tidak ada satupun yang bentuknya bisa disebut sebagai cerpen, novel, atau pun drama. Ini, jika kita mengikuti kaidah umum penulisan cerpen, novel dan drama. sebab secara teknis, bentuk penyajian tulisan tidak ada yang mendekat kesana.

Cerpen dan novel, seringkali disajikan dalam bentuk naratif deskriptif. Kemudian Ketika ada dialog para tokohnya, dialog disajikan dalam bentuk kutipan langsung. Sementara drama, dalam penyajiannya, cerita ditulis dalam bentuk dialog tanpa kutipan dan dengan narasi yang lebih sedikit.

Nah, yang terjadi pada buku KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL, penulis menggabungkan semua Teknik penyajian yang saya sebutkan, yang akhirnya menjadi tidak punya bentuk meski maksa bahwa itu adalah cerpen, sepertinya sulit.

Namun, jika kita mencoba maksa sisi baiknya, baiklah, kita anggap bahwa ini adalah bentuk baru. He-he-he-. Ini perlu kita apresiasiasi. Sebab, hanya sedikit orang yang mampu melakukan itu.

Dari bentuk yang kita terima, saya lebih senang menyebut tulisan ini sebagai sketsa. Jika pembaca sering menonton televisi, ada beberapa acara televisi yang bentuknya sketsa seperti tulisan dalam buku KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL. Misalnya acara adzab di Indosiar. Pada acara tersebut, seringkali diawali dengan ceramah, kemudian diberikan adegan penguat ceramah, dan terkahir sang ustadz memberikan kesimpulan. Itulah bentuk yang terjadi pada KABAYAN, DUL, GO INTERNATIONAL.

Dari 28 judul cerita dalam buku KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL, tidak semua bentuknya terasa aneh dan terasa maksa, ada juga yang bentuknya baik, misalnya Kabayan, as Badut Istana di halaman 37. Ini terasa seperti cerpen konvensional, akan mudah diterima pembaca dan menurut saya berpotensi go international jika dulis dalam Bahasa Inggris.

Pada judul tersebut, cerita mengalir begitu saja dengan akhir cerita yang bisa langsung diterima tanpa merasa aneh. Ini terjadi mungkin karena pola penyusunan plot dan struktur ceritanya baik. Sementara yang lainnya terasa maksa.

Pada cerita yang lain, misalnya dalam judul Selamatan Rumah, struktur plot cerita humor, di sini sangat bait. Antara premis, kemudian setup dan punch linenya berhasil. Sementara yang lainnya, jika mengikuti pola komedi yang baru saya sebutkan, pada punch line terasa tidak berhasil dengan baik.

Jika tulisan-tulisan pada KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL dimaksudkan sebagai humor yang lain atau labih jauh mau disebutkan sebagai komedi satir, ini juga masih terasa jauh. Sekalipun beberapa cerita misalnya dengan judul BAKAT cukup terasa satirnya.

Ada juga pada cerita lain lagi dengan judul COMERCIAL BANK, sketsa yang dibangun untuk mengkritisi sistem kredit bank terasa hambar.

 

DUL                : Sudah bertamasya, sudah belanja, jadi pusing kepala

KABAYAN      : Mengapa pusing kepala

DUL                : Hutang Yan

KABAYAN      : Iya hutang

DUL                :Pusing kepala mendadak hilang melihat karyawati bank, berpakaian rapi, wangi, cantik. Malah kalau bisa, sesring mungkin memberi tumpukan uang, setoran tagihan.

KABAYAN    : Iya. Ketika dia asik menghitung tumpukan uang kita juga asyik memandangnya tanpa dia sadari. Hehehe

DUL               : Uang pecahan kertas terkecil, biar lebih lama ngitung.



Dialog antara DUL dan KABAYAN soal hutang sepertinya akan enak jika ditutup oleh KABAYAN dengan kalimat, “ketika dia asyik menghitung uang, kita malah pusing menghitung hutang.” Pada kalimat ini, pembaca akan mendapatkan pesan mengenai hutang, kredit, dan sistem perbankan seperti dalam premis yang dibangun di awal cerita.

Terlepas dari semua yang sudah saya ungkapkan, harus kita akui bahwa penulis cukup canggih untuk menarik pembaca dengan mengambil nama tokoh KABAYAN yang sudah seperti legenda dan mitos bagi orang sunda dan tokoh DUL yang sudah melekat sebagai ikon Betawi meski yang membuat tokoh tersebut adalah seorang minang yakni Aman Datuk Madjoindo. Juga, kehadiran DEN BAGUS, yang oleh penulis diletakan sebagai warna budaya jawa. Ini menarik. Meskipun, sekali lagi, tidak terasa International, karena ketiganya tidak dibuatkan seting cerita yang berlatar luar Indonesia, dan berusaha melihat Indonesia dari luar. Hanya pada judul cerita WELCOME TO SINGAPORE saja, penulis berusaha melihat Indonesia dari luar.

Kehadiran buku KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL, terlepas dari kekurangannya, ini adalah sebuah Langkah berani dari seorang Nuraeni untuk mencetak tulisannya dan mengabadikan padangannya pada sekitar, pada apa yang ia rasakan, pada apa yang ia lihat dengan menjadikannya sebuah buku. Bagaimanapun, ditengah gempuran media digital, buku tetap lebih mewah. Meskipun, jangkauan media digital seringkali lebih luas dari buku. Seperti beberapa tulisan dalam buku KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL yang berbahasa inggiris, yang penulis sajikan di Blog. Justru potensi go internationalnya lebih tinggi dari pada buku yang ditulis dalam Bahasa inggris, tetapi diterbitkannya di Indonesia.

Pada KABAYAN, DUL, GO INTERNATIONAL, Penulis juga tidak berusaha untuk menggurui pembacanya. Ia menulis dengan apa adanya. Mengalir begitu saja. Sehingga tulisan-tulisan dalam buku KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL tidak menjadi berat. Pesan yang ingin disampaikan pun bisa dicerna dengan tidak perlu mengeryitkan dahi. Dan ini menjadikan buku ini menjadi bisa dibaca oleh siapa saja.

Selain itu, hal yang patut kita tiru adalah semangat menulis dari Nuraeni. Ditengah kesibukannya sebagai ASN, ia masih sempat dan menyempatkan diri untuk menulis. Ini susah dan tidak dimiliki oleh semua orang, tatapi bisa diikuti. Nuraeni, sampai disiini telah melakukan kerja untuk keabadian. Sebagaimana kata pram, “MENULIS ADALAH KERJA KEABADIAN”.

Akhirnya, saya ucapkan selamat atas kelahiran bukunya. Semoga terus hadir buku-buku yang lainnya, yang tentu saja lebih keren dari buku yang saya baca ini. Saya tunggu buku berikutnya.

Sekian. 

AKU CINTA PADAMU.
tulisan lain dari saya, Cek di sini.

Friday, October 7, 2022

CACATAN MENONTON ONE PIECE RED

 CACATAN MENONTON ONE PIECE RED

Halo pembaca, semoga kita semua dalam keadaan yang menyenangkan, seimbang dan tak kurang suatu apa pun meski situasi sedang tidak menentu. Hujan yang mulai asik dan terbiasa turun. Banjir yang mulai menghantui. Sakit pancaroba yang mulai mendera. Juga kejadian-kejadian yang tak kuasa kita tolak datang tak terduga. Semoga sehat-sehat selalu kita semua. Jangan lupa, seperti biasa, sebelum melanjutkan membaca, siapkan sedikit cemilan, kopi, atau rokok untuk menghilangkan mual Ketika membaca. Karena tulisan ini, tidak serius-serius amat. Hahaha ---

Setelah sebelumnya saya menulis pasca menonton film KKN yang tidak KKN, akhirnya saya memutuskan menulis catatan menonton lagi pada film ONE PIECE; RED. Walaupun sebenarnya setelah nonton KKN, saya banyak juga menonton film yang lainnya, baik di bioskop maupun di layanan streaming. Bukan berarti tidak menarik, dan tidak mengandung hal-hal yang bikin kesel, hanya saja, kegelisahan saya tidak memuncak.

Misalnya Film BEN DAN JODI, FILOSOSFI KOPI SERIES, kurang menarik apa? Atau film perjuangan seperti KADET 1947 meski belum sekeren MIDWAY yang juga gak epic-epic amat…kurang keren apa coba. Atau yang juga sama-sama hangat, sehangat kopi, MENCURI RADEN SALEH, dengan menyuguhkan tema pencurian dan terasa baru bagi film Indonesia tapi kemudian oleh penonton disebut-sebut mirip dengan MONEY HEIST, ITALIAN JOB, atau mungkin ARMY OF THIEVES, atau kisah sekelompok pencuri yang lainnya seperti RED NOTICE, OCEAN’S ELEVEN, OCEAN’S 8, THE TIEVES atau mungkin juga COLLECTORS yang ide pencuriannya hampir sama, mencuri benda seni berharga. Mereka semua menarik. Tapi setelah menonton film ONE PIECE; RED yang meski rating usiannya 13+, saya lebih memilih untuk membicarakan ini dulu.

Selain karena ONE PIECE; RED sebagai bagian dari perayaan 25 tahun cerita ONE PIECE berjalan sampai hari ini. ODA sang penulis menghadirkan tema-tema yang sebenarnya tidak terlalu asing juga. Hanya saja, ODA menyelipkan lapisan pesan lain yang mungkin perlu penelaahan ulang, menonton ulang, sampai akhirnya pesan itu diterima. Meski sebenarnya, tema semacam ini sudah tak terlalu asing dalam cerita one piece.

Baiklah mari kita mulai saja nyocot gak karuannya. Jangan lupa Tarik nafas dulu. Hahahaha. Selamaat membaca.