SALAM!
AKU
CINTA PADAMU
Jangan lupa ngopi dan Bahagia. |
Semoga kita semua selalu sehat. Selalu
sehat. Selalu sehat. Semoga yang sedang sakit segera pulih dan kita bisa ngopi Bersama
lagi. Jangan lupa, sambil membaca tulisan ini, siapkan cemilan, kopi, rokok,
dan lain-lain yang bisa mengatasi mual selama membaca. Selamat membaca.
Pada tulisan-tulisan sebelumnya, saya
sudah membahas sedikit-sedikit soal dunia perfilman. Khususnya produksi naskah skenario.
Silahkan dicek sendiri di tulisan saya sebelum ini. Nah, pada tulisan ini saya
akan mengajak anda untuk belajar membahas film dengan pendekatan atau gaya
membahas karya sastra. Memangnya bisa?
Sejauh ini, banyak yang menganggap
bahwa film memiliki kemiripan dengan karya sastra. Bahkan ada juga yang nekat
bahwa film adalah karya sastra -khusus yang ini, masih jadi polemik-. Namun,
sejak tahun 1960an di Amerika, kajian film menjadi kajian akademik yang sangat
serius. Sebelumnya, di Eropa sudah ada dan banyak kajian film, namun fokusnya
masih pada film sebagai karya seni dan karya yang mandiri. Sehingga, pendekatan
yang dilakukan atau kajian yang dilakukan lebih terpusat pada soal produksi
film, Teknik-teknik perfilman, pencahayaan, warna, dan lain-lain yang kaitannya
lebih kepada film sebagai karya visual. Akibat dari banyaknya kajian semacam ini,
munculah sekolah-sekolah atau jurusan di universitas yang fokus pada kajian
film dan televisi.
Di amerika, studi film berkembang. Film
tidak lagi menjadi hanya sebagai karya seni, tapi juga sebagai media yang di
dalamnya terdapat muata-muatan atau gambaran sosio-kultural yang mengiri filmnya
baik secar konten atau konteks. Kajian-kajian terhadap film mulailah memasuki
kajian-kajian pada konten atau isi film. Kajian-kajian yang dilakukan mulai
menggunakan pendekata-pendekan seperti sosiologi, psikologi, antropologi dan
kajian-kajian interdisipliner atau multidisipliner. Karenanya kemudian
bermunculanlah studi-studi film, televisi dan media.
Nah, terelepas dari itu semua, saya
ingin mengajak pembaca untuk membaca film dengan menggunkan pendekatan karya
sastra. Kemudian apa yang akan di pilih? Yang dipilih adalah pendekatan untuk
karya sastra prosa. Ini dikarenakan film lebih mirip prosa naratif ketimbang
dengan drama atau puisi. Memang, banyak yang berasumsi bahwa film lebih mirip
dengan drama, sejatinya tidak. Asusmsi ini muncul mungkin hanya karena
tokoh-tokoh dalam film dimainkan oleh para actor yang mirip dengan drama. Tetapi
dalam praktiknya tidak. Tokoh dalam drama menghidupkan cerita, sementara tokoh
dalam film dihidupkan oleh cerita atau narasi yang dibangun melalui gambar yang
bergerak.
Oleh karena itu, pendekatan pada
kajian film yang akan kita gunakan adalah meminjam pendekatan yang sering
digunakan pada karya sastra prosa. Pedekatan atau kajian yang paling sederhana adalah
membahas unsur intrinsik dan ekstrinsik -yang sejatinya merupakan lireary
device atau perangkat sastrawi- atau sebutlah kira-kira mirip dengan
pendekatan struktural atau forlmal pada sastra. Artinya, yang akan kita bahas
dari film adalah isinya seperti halnya kita mengkaji karya sastra. Dengan pendekatan
ini, tentu beberapa hal seperti Teknik pengambilan gambar, ukuran gambar,
warna, suara, soundtrack, spesial efek dan visual efek tentu tidak akan
dibahasa secara khusus pada model pendekatan ini.
Kajian film dengan pendekatan karya
sastra ini, tidak lantas membuat dan menjadikan film sebagai karya sastra. Ia hanya
mengandung unsur-unsur yang juga dimiliki karya sastra. Ini karena dalam film
hampir seluruh jenis seni ikut andil. Makanya, mekaji film sebetulnya bisa
menggunakan pendekatan apa saja. Kerena di dalam film tidak hanya seni
pengambilan gambar, tapi ada muata-muatan lain yang bisa jadi memiliki
pesan-pesan atau pelajaran-pelajaran yang ingin disampaikan oleh sang sutradara
dan penulis skenario.
Tulisan ini hanya pengantar saja untuk
tidak berhenti membaca film, membedah film, dan menghargai film sebagai suatu
karya seni dan karya cipta yang tentu di dalamnya terkandung banyak manfaat. Di
dunia ini, tidak ada yang tidak bermanfaat, sekalipun kita sudah menempatkannya
sebagai sampah.
Sampai jumpa lagi.
Aku Cinta Padamu
SALAM!
No comments:
Post a Comment