Pembuatan film
(atau, dalam konteks akademik, produksi film) adalah proses pembuatan film,
umumnya dalam arti film yang dimaksud adalah film yang ingin dipertontonkan ke
halayak ramai atau film komersil. Pembuatan film melibatkan sejumlah tahapan-tahapan
yang berbeda-beda termasuk cerita awal, ide, penulisan skenario, casting,
pengambilan gambar, rekaman suara dan pra-produksi, pengeditan, dan distribusi film
kepada penonton. Pembuatan film sudah berlangsung di banyak tempat di seluruh
dunia dengan muatan konteks ekonomi, sosial, dan politik, serta menggunakan
berbagai teknologi dan teknik sinematik.
Produksi film
terdiri dari lima tahap:[1]
1. Development
Tahap pertama yaitu pembangunan dan pengembangan
ide-ide untuk film dibuat, pembelian lisensi atau hak pengguanan buku/ drama dll,
dan penulisan skenario. Serta perencanaan dari mana danaan untuk proyek film harus
dicari dan diperoleh.
2. Pra-production
Pada tahap ini adalah tahap persiapan dan perencanaan
syuting seperti perekrutan kru, catsting pemain, pemilihan lokasi, pembuatan
set, dll.
Dalam pra-produksi, setiap langkah untuk membuat film harus
dirancang dan direncanakan dengan cermat. Mulai dari membuat nama tim produksi
atau perusahaan produksi (di Indonesia lebih sering disebut PH-Production
House) dan penetapan kantor produksi. Pra-visualisasi film dibuat oleh
sutradara dengan pembuatan storyboard yang ddapat dikerjakan oleh illustrator
dan konseptor artistik. Perencanaan Anggaran pengeluaran produksi juga harus disusun
dengan cermat. Untuk produksi besar, PH harus menyediakan asuransi bagi setiap
yang terlibat untuk melindungi dari kecelakaan.
Kategori film, anggaran, menentukan ukuran dan jenis tim
(crew) yang akan digunakan selama pembuatan film. Banyak film laris dari Hollywood
yang mempekerjakan ratusan pemain dan kru, sementara film independen berbiaya
rendah dapat dibuat oleh tim inti atau tim utama (skeleton crew – jumlah
paling sedikit dari sebuah tim dalam mengerjakan pekerjaan tim) yang terdiri
dari delapan atau sembilan (atau lebih sedikit). berikut adalah posisi-posi
yang khas dari tim pembuat film:
1.
Produser film
o
Manajer Unit Produksi
o
Manajer Lokasi
2.
Desainer produksi
o
Desainer kostum
o
Desainer Rias dan Rambut
3.
Sutradara
4.
Asisten Sutradra
5.
Casting sutradara
o
Koreografer
6.
Pembuat Storyboard
7.
Director of photography (DOP) / Kepala Kameramen
8.
Tim Produksi Suara
o
Desainer suara
o
Boomer
o
dll
o
Komposer
3. Production
Pada Tahap ini adalah bagian proses syuting atau
pengambilan gambar untuk semua kebutuhan film termasuk pengerjaan soundtrack,
dan elemen-elemen lain yang dibutuhkan.
4. Post-Production
Tahap ini adalah video (gambar), suara, dan efek
visual dari film yang direkam diedit dan digabungkan menjadi produk jadi.
5. Distribution
Pada tahap ini adalah proses pendistribusian,
pemasaran dan pemutaran film yang sudah selesai diproduksi baik di bioskop dan/
atau dirilis dalam bentuk home video (DVD, VCD, VHS, dll.)
UNSUR-UNSUR
FILM
Sebetulnya,
banya sekali unsur-unsur pembangun sebuah film. Berikut adalah sepuluh unsur
yang dirasa paling penting. Unsur-unsur yang dimunculkan di sini kepentingannya
adalah untuk membuat riview film.
1.
Plot (Jalan cerita)
Jalan cerita film memiliki alur yang jelas dan dapat
diterima.
Jalan cerita harus dapat diterima oleh semesta film. Plot
tidak harus rasional, yang penting ia dapat diterima.
2.
Daya Tarik
Film harus memiliki premis yang jelas dan menarik serta
memilki nilai hiburan.
3.
Tema
Tema yang digunakan dalam film harus bisa
diidentifikasi dan memiliki daya Tarik.
4.
Akting
Tokohnya multidimensi dan akting yang menyakinkan. Unsur
ini menjadi penting karena terkait dengan menampilkan para tokoh dalam film. Tentu
saja hal ini harus didukung dengan Teknik akting yang mumpuni untuk menampilkan
para tokoh dalam cerita.
5.
Dialog
Dialog harus mampu membantu menyampaikan cerita yang
sesuai dengan konteks. Karena film termasuk kedalam seni bercerita atau
mendongen (sotrytelling) maka sebenarnya tidak bermasalah ketika film hanya
berisi “talking head” menceritakan apa yang terjadi dalam gambar. Sama seperti
plausibilitas, dialog harus mampu menyempurnakan konteks yang dibangun oleh
gambar.
6.
Sinematografi
Sinematografi adalah Bahasa gambar yang konsisten dalam
menyampaikan cerita. Di dalamnya banyak hal yang terlibat, seperti, kostum,
tata rias, properti, set, dll.
7.
Editing dan Efek
Proses editing film harus mampu menyampaikan suasan (tone/picth)
dari film serta penempatan efek teritegrasi dengan mulus pada gambar, baik itu
visual efek (vfx) atau pun spesial efek (sfx).
8.
Tata Suara dan Musik
Film harus memiliki tata suara yang khas dan otentik
serta musik dalam film juga harus harmoni dan menyatu dengan cerita.
9.
Penyutradaraan
Kemampuan sutradara dalam menyampaikan cerita dan mengerahkan
seluruh kemampuan dalam menggarap film dan memaksimalkan film.
10.
Faktor “it”
Yang dimaksud faktor “it” dalam Film adalah,
-
film merupakan film satu-satunya, khusnya
film-film original
-
tidak menyatu dengan kondisi saat film dibuat
tapi mampu masuk melewati berbagi era.
[1] Steiff,
Josef (2005). The Complete Idiot's Guide to Independent Filmmaking. Alpha
Books. pp. 26–28.
No comments:
Post a Comment