Tuesday, September 22, 2020

PERTUNJUKAN HARUS TETAP BERLANGSUNG

 

Gambar pemanis, jepretan sendiri waktu pentas di Malaysia

Menjalani hidup dimasa sekarang ini banyak yang serba salah dan serba membingungkan. Ada banyak hal yang harus dibarukan, mulai dari cara pandang pada hidup, cara menjalani dan menyikapinya, dan cara bertahan. Mungkin, banyak sudah dari kita semua yang merasa gamang, lesu, kesumat dan mungkin juga putus asa. Tapi, ada juga yang sudah menemukan cara baru dan kemajuan-kemajuan baru yang sudah bisa dinikmati.

Pandemi Corona Covid-19 ini memang sialan. Mau sok tidak percaya dan cuek-cuek saja seolah tidak berbahaya karena TBC masih unggul sebagai penyakit menular dan mematikan, ada tetangga dan keluarga yang terkena dan bahkan meninggal. Mau percaya dan pasrah begitu saja pada kenyataan, perut lapar, dan tagihan berdatangan ke rumah tanpa henti. Sungguh, situasi ini sangan an-nyeng pisan lah. 

Monday, September 21, 2020

POSTING ULANG ULASAN PERTUNJUKAN TEATER- TEATER GARASI; ABADI

 

TEATER GARASI; ABADI

Refleksi atas pertunjukan “Yang Fana adalah Waktu, Kita Abadi” di Auditorium FIB UI, Selasa, 26 Juli 2016.

Jangan terlalu serius bacanya, sambil ngopi siang aja biar waras…hehehe

…………………….

YFAWKA - TEATER GARASI
YFAWKA - TEATER GARASI

        Beberapa hari yang lalu, saya melihat poster pertunjukan teater yang juga merupakan semacam undangan melintas di beranda facebook saya. Tidak terlalu saya perhatikan sampai akhirnya muncul berulang-ulang dan nempel dalam benak saya. Di hari pertunjukan, selasa, 26 Juli 2016, seperti biasa, rutinitas tiga bulan terakhir ini saya mengantar istri ke kampus UI untuk mengurus kelulusannya dari jurusan Arkeologi, saya bertemu kawan lama, Semi Ikra Anggara -nama lu itu bukan sem? Cara nulisnya gak salah kan?- dan terjadi semacam percakapan sederhana sampai akhirnya Semi mengingatkan bahwa hari ini ada pertunjukan teater di Auditorium FIB UI. Padahal, sebelumnya saya tidak berminat sama sekali meski sudah tahu bahwa yang akan pentas adalah Teater Garasi.

Wednesday, September 16, 2020

POSTING ULANG ULASAN PERTUNJUKAN

 

ORANG KASAR TEATER EMBUN; JALAN PANJANG MENUJU KEWAJARAN KEDUA

Oleh-oleh menonton pementasan Teater Embun SMAN 5 Depok.

…………

Sebenarnya, saya selalu bersyukur ketika mendengar, atau mendapatkan undangan untuk menonton pertunjukan teater meski akhirnya apa yang saya saksikan ternyata mengecewakan. Entah karena penyajian atau karena teknik dasar yang belum dan masih sedang berkembang. Saya selalu mencoba bertahan dalam kejenuhan menonton dengan memberikan penyadaran dan harapan pada diri sendiri siapa tahu ada kejutan di menit berikutnya.

Sabtu sore, 30 Juli 2016, Saya bersama istri saya pergi menonton pementasan teater lagi. Kali ini yang kami tonton adalah pementasan naskah Orang Kasar karya Anton Chekov yang sudah disadur oleh Rendra. Tentu ini menarik. Sejauh yang saya ketahui, mungkin juga anda, bahwa darama-drama Chekov banyak muatan satir seperti Leo Tostoy pendahulunya. Begitu pula Rendra, yang kerap bergaya satir dan memiliki gaya sendiri sebagaimana ia mengadaptasi Les Chaises karya Eugene Unesco menjadi Kereta Kencana  dan isi naskahnya 180 derajat berbeda. Begitu pula ketika Rendra terinspirasi oleh naskah DiÄ› Rubber-nya Friedrich Schiller menjadi Perampok yang berlatar kerajaan Mataram Kuna di Indonesia.

MENGANALISIS PEMENTASAN DRAMA ATAU TEATER SECARA SEDERHANA



---------------------

Analisis terhadap pementasan drama bisa dilakukan dengan empat model pendekatan seperti model pendekatan terhadap karya sastra menurut Abrams, yakni pendekatan mimesis, pendekatan obyektif, pendekatan ekspresif, dan pendekatan pragmatik.

Kemudian empat model tersebut juga bisa diberi muatan paradigma atau sudut pandang atau menggandeng keilmuan tertentu, misalnya, sosiologi, psikologi, antropologi, agama, Pendidikan, politik, dan lain-lain.