SALAM!
AKU
CINTA PADAMU
Pertunjukan Drama BIBBOB karya Rendra di Toko You Bandung (kolpri By Arul) |
Pembaca Budiman, semoga
kita selalu baik, selalu sehat, selalu sehat. Saudara kita yang sakit, semoga
segera pulih dan lebih baik lagi dari hari sebelumnya. Juga, semoga situasi
yang tidak menyenangkan di tanah air kita tercinta karena #COVID19, segera
berakhir. Jangan lupa, sebelum melanjutkan membaca, pastikan, sudah punya
cemilan, atau apa saja yang bisa menghilangkan mual ketika membaca tulisan ini.
Melanjutkan
tulisan mengenai Drama, pada tulisan ini saya ingin sedikit membahas mengenai Unsur
dan Struktur Drama. Selamat membaca.
UNSUR
DRAMA
Berikut ini adalah 6 unsur drama
menurut Aristoteles, dan ia menganggap bahwa
enam hal ini penting untuk sebuah drama yang baik,
- Plot: Inilah yang terjadi dalam permainan. Plot mengacu pada tindakan; dasar jalan cerita drama.
- Tema: Sementara plot mengacu pada aksi permainan, tema mengacu pada makna drama. Tema adalah ide atau pelajaran utama untuk dipelajari dari drama. Dalam beberapa kasus, tema drama ada yang sangat jelas; ada pula yang sangat samar.
- Tokoh: Tokoh adalah orang (kadang-kadang hewan atau ide) diperankan oleh para aktor dalam drama itu. Itu adalah tokoh yang memerankan aksi, atau plot, untuk menjalankan cerita drama.
- Dialog: Ini merujuk pada kata-kata yang ditulis oleh penulis naskah dan diucapkan oleh tokoh dalam drama. Dialog membantu menggerakkan aksi sepanjang pertunjukan.
- Musik/Ritme: Beberapa musik sering ditampilkan dalam drama, namun dalam hal ini Aristoteles mengacu pada irama suara para aktor saat mereka berbicara.
- Spectacle: Spactacle atau mise-an-scene (dibaca mi-sang-sen)
Ini merujuk pada elemen visual dari sebuah drama: set, kostum, efek khusus,
dll. Spectacle adalah segala sesuatu yang dapat dilihat oleh penonton seperti
halnya menonton drama.
STRUKTUR DRAMA
Sebagai pendengar, pembaca, dan
penonton, ketika kita disuguhi sebuah cerita, sering kali kita menginginkannya
memiliki urutan kronologis dan terbukanya peristiwa yang mengisyaratkan makna
menyeluruh dari cerita itu.
Gustav Freytag, penulis naskah drama dan
novelis Jerman abad ke-19, menggambar segitiga sederhana untuk mewakili
struktur dramatis dan menegaskan tujuh bagian yang dianggap perlu untuk
bercerita: exposition, inciting incident, rising action, climax, falling
action, resolution, dan denouement (bahasa Prancis untuk “selesai").
7 elemen struktur dramatis dalam
Piramida Freytag:
- Exposition: Pencerita/narator menentukan adegan dan latar belakang karakter.
- Inciting Incident: tokoh bereaksi terhadap sesuatu yang telah terjadi, dan itu adalah tanda dimulai aksi-reaksi berantai semua peristiwa.
- Rising action: Cerita berkembang. Sering ada komplikasi, yang berarti masalah yang dicoba diselesaikan oleh tokoh semakin kompleks.
- Climax: Cerita mencapai titik ketegangan terbesar antara protagonis dan antagonis (atau jika hanya ada satu tokoh utama, kegelapan atau cahaya dari tokoh itu tampaknya mengambil kendali).
- Falling Action: Cerita bergeser ke peristiwa yang terjadi sebagai akibat dari klimaks, yang juga bisa terjadi pembalikan (ketika para tokoh protagonist atau antagonis menunjukkan bagaimana mereka diubah oleh peristiwa klimaks).
- Resolusi: Tokoh menyelesaikan masalah atau konflik.
- Denouement: Bahasa Prancis untuk "ending/selesai,"
denouement sering bahagia jika ini sebuah komedi, dan gelap atau sedih
jika itu adalah sebuah tragedi.
Selain model Piramida Freytag yang
paling popular digunakan dalam menyusun struktur dramatik, atau jalan cerita
dasar, masih ada beberapa model yang bisa digunakan. Misalnya, model tiga babak,
model lima babak, model melingkar atau berulang.
Sampai di sini saja tulisan kali ini. Sampai
jumpa pada tulisan berikutnya.
AKU CINTA PADAMU
SALAM!
1 comment:
ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
dapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q
Post a Comment