Thursday, April 2, 2020

KRITIK DAN TEKANAN TERHADAP FILM NASIONAL


SALAM!
AKU CINTA PADAMU
 
Ini hanya pemual saja. hahahaha
Selamat menjalankan aktifitas, semoga kita selalu sehat, selalu sehat, selalu sehat, dan sodara-sodara kita yang sedang sakit, semoga lekas sembuh agar kita bisa ngopi bareng lagi. Jangan lupa, sambil membaca tulisan ini, pertahankan posisi duduk yang nyaman, siapkan cemilan, kopi, kretek. Selamat membaca.

Melanjutkan beberapa tulisan sebelumnya mengenai film, meski hanya bagian-bagian kecilnya saja, kali ini saya akan mengajak anda untuk meninjau dan melihat kritik serta tekanan terhap perfilman, khsusnya perfilman tanah air.


Kritik terhap film Indonesia sebagian besar berupa tuntutan agar meningkatkan kualitas, lebih bebas, lebih berani lagi. Tuntutan semaca ini banyak datangnya dari penonton yang ingin melihat perfilman Indonesia bisa setara dan bersaing dengan Film-film bagus di luar negeri. Sebetulnya, tuntutan dan kritik secam ini, karena kualitas buruk misalnya, bukan tidak didengarkan oleh para sineas, tetapi kadang-kadang terbentur oleh regulasi perfilman yang di Indonesia.

Misalnya, yang paling sederhana, adalah regulasi dari LSF (Lembaga Sensor Film) yang membuat aturan sensorsif, tidak boleh ini, tidak boleh itu, sehingga ketika sedikit ekspresif dan oleh LSF dimaknai atau ditangkap melanggar aturan sensor, film dipotong, bahkan banyak yang berujung tidak bisa tayang. Bahkan yang mengerikan, sensor datang bukan dari Lembaga resmi sensor, melaikan dari Lembaga-lembaga bahkan ormas yang tidak punya kewenangan terhadapa penyensoran. Akibatnya, dampak dari itu semua, banyak sineas yang memilih jalan aman saja. Asal bisa tayang saja. Berarti yang harus dikerjakan adalah membongkar regulasi LSF yang dianggap terlalu membatasi sineas dalam berkarya.

Lagi, dukungan pemerintah untuk film Indonesia agar diputar di bioskop-bioskop luar negeri juga belum maksimal bahkan bisa disebutkan minim. Hal ini menjadikan film Indonesia sangat local sekali bahkan asing di mata perfilman dunia. Akhirnya, sekalinya ada film bagus menurut standar nasional, tapi tidak diputar di luar negeri, film itu tetap asing di mata dunia dan tidak bisa diapresiasi. Dampaknya, kalaupun ada yang sampai ke festival dunia, sebagian besar film-film ini berangkat ke luar negeri bemodal nekat dan biaya sendiri.

Lagi, dukugan permodalan terhadap film baik dari negara atau swasta tidak merata. Hal ini menjadikan beberapa sineas yang memiliki ide bagus dan kekurangan dana tidak kebagian. Jadinya, perangkat atau alat yang dibutuhkan untuk membuat film tidak didapat, sampai akhirnya, pakailah yang seadanya. Dengan situasi yang semacam ini, ujung-ujungnya, yang dapat modal hanya itu-itu saja karena dekat dengan pemerintah dan pemodal swasta. Pemerintah memang sering memberikan bantuan dana perfilman, tapi ya itu, aturan yang ketat untuk urusan konten dan konteks sangat dikontrol. Akibatnya, hanya sineas yang mau idenya dikompromi saja yang mau mengerjakan film itu.

Dengan kondisi seperti yang saya sebutkan di atas, masyarakat penonton terus-terusan menekan dan mengkritik agar film Indonesia maju, kreatif, dan bisa bersaing. Sementara, kritikan ini tidak pernah dilontarkan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk merubah regulasi yang ada, membongkar kebijakan LSF yang dinilai oleh para sineas mengurung kebebasan berekspresi, tetapi kadang malah mendukung mengurung kebijakan tersebut. Ini semacam penumpang ojek yang meminta ojeknya mengendarai dengan baik, sementara yang dibonceng duduk goyang-goyang tidak tenang.

Begitulah kiranya kondisi kritik dan tekanan terhadap film nasional, di sisi lain dituntut kreatifitas, di sisi lain kreatifitasnya dibatasi. Akibatnya, beberapa sineas ambil jalan aman. Dan ini tentu berakbit pada kualitas serta persaingan film Indonesia dengan film asing. Selama kondisi ini masih berlangsung, sekalipun banyak sineas kita yang membuktikan bisa bersaing dan berkualitas di mata dunia, film-film Indonesia akan tetap berada pada daftar film dari dunia ketiga yang tidak dipandang dunia.

Semoga tulisan ini bermanfaat, dan maju terus Film Indonesia.

AKU CINTA PADAMU.
SALAM!

No comments: