Thursday, April 2, 2020

JENIS-JENIS DRAMA

SALAM!
AKU CINTA PADAMU

Pertunjukan Drama BIBBOB karya Rendra, 2009, di Majalenka. (kolpri,by Arul)

Pembaca yang Budiman, semoga kita selalu mendapatkan kebaikan nasib, sehat selalu, selalu sehat, dan saudara kira yang sedang sakit agar segera dipulihkan kembali, sehat lagi, daaaaannn….tentunya bisa ngopi bareng lagi dengan kita. Jangan lupa, sambil membaca ini siapkan cemilan, kopi, kretek, susu, antimo, atau apa saja untuk mengatasi mual akibat tulisan ini. Selamat membaca.

Tulisan ini menyambung soal tulisan saya tentang Drama atau Teater. Meski tulisan sebelum ini soal film, untuk nyambung dengan tulisan ini, silahkan baca kembali tulisan sayan tentang Drama pada laman ini juga. Kali ini saya akan sedikit menyampaikan mengenai jenis-jenis drama, khususnya dari segi sifat isi.


Jauh sebelum hari ini, yakni dari khasanah drama era Yunani purba, drama menjadi dua jenis, yakni Tragedi dan Komedi. Sampai akhirnya, muncul jenis lain yang berkembang di Eropa abad 19 awal, yakni melodrama. Di timur, pembagian berdasarkan sifat isinya ini tidak terjadi karena mengikuti sifat semesta yang beragam. Sifat isi drama di timur bersifat campuran, berabagam seperti semesta di Timur.

Drama Tragedi, menurut Aritoteles adalah drama yang menyebabkan penontonya merasa belas dan ngeri, sehingga penonton pengalami pencucian jiwa. Tragedi tidak ada kaitannya dengan perasaan sedih, air mata bercucuran atau kecenganan lain. Sasaran utama tragedi adalah kegoncangan jiwa penontonnya, sehingga lemas, belas sekaligus ngeri. Jika disederhanakan, seusai menonton, penonton akan menyadari betapa rapuh dan kecilnya diri di hadapan takdir. Penonton akan merasa beryukur bahwa nasib buruk tidak menimpanya. Mereka juga akan menyadari bahwa manusia hidup tidak bisa pongah dan harus tetap waspada, sebab suatu ketika bisa rubuh diterjang nasib buruk. Itulah pengalaman ngeri dan belas telah mencuci jiwa penonton sehingga memiliki kesadaran baru, bahwa ada yang lebih berkuasa dari kekuasaan manusia. Aristoteles menyebut pencucian jiwa ini sebagai katarsis, yakni dicuci sampai pedih sehingga bersih dan sehat kembali.

Drama Tragedi yang tidak sampai pada belas, ngeri dan katarsis, menurut Aristoteles adalah tragedi yang gagal. Dewasa ini, banyak sekali drama yang mengobral kecengan dan kesedihan dianggap segai tragedi. Sungguh, ini adalah salah kaprah.

Drama Komedi, adalah drama yang mengungkapkan kelemahan dan cacat sifat manusia dengan cara yang lucu, sehingga penonton menjadi lebih bisa mengayati kenyataan hidup. Komedi bukan sekedar lelucon apalagi guyon. Komedia harus bisa membuka mata penonton untuk menghayati dan menjalani hidup lebih mendalam. (Rendra; 2009)

Drama Melodrama, adalah drama yang menimbulkan perasaan haru dengan cara mengupas suka duka hidup manusia. Melodrama tidak mendalam seperti tragedi, tidak sampai pada ngeri, belas apa lagi katarsis. Tapi, melodrama yang baik, dengan cara memunculkan rasa haru pada penonton, akan mendorong penonton menjadi lebih peka perasaannya terhadap keadaan dan persoalan rumit di dalam kehidupan.

Di dalam berkesnian, rasa haru atau menimbulkan perasaan haru harus diperlakukan secara ketat dan disiplin yang keras, sebab berlebihan sedikit akan menimbulkan kecengegan. Perasaan cengen ini akan merusak kepekaan kita dalam menghadapi persoalan kehidupan, karena kecengengan adalah kabut perasaan yang mengaburkan kewajaran berfikir.
Dewasa ini, memang, banyak sekali acara Drama televisi atau film televisi yang diimpor dari amerika mengobral melodrama cengeng yang oleh para kritikus disebut opera sabun (soap opera), penuh kepalsuan seperti nyanyian iklan sabun mandi.

Sampai di sini saja. Semoga tercerahkan. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya.

AKU CINTA PADAMU
SALAM!  

No comments: