SALAM!
AKU CINTA
PADAMU
Gerbang Tugu Surabaya, ingat foto hanya pemanis (koleksi pribadi) |
Pembaca yang
Budiman. Semoga kita semua selalu berbahagia, selalu sehat, selalu dan selalu
sehat. Saudra-saudara kita yang sedang sakit, semoga lekas sembuh dan bisa
berkumpul lagi dengan kita untuk ngopi bareng. Caiyoo---Ganbate
Pada tulisan
kali ini, saya ingin sedikit mengutarakan mengenai cerita berbingkai (Frame
stories) dan cerita binatang. Semoga tulisan ini menjadi pembangkit dan penyebab
terjadi kehausan akan ilmu pengetahuan pada pembaca. Selamat membaca.
CERITA BERBINGKAI
Cerita
berbingkai merupakan bagian a story within story (cerita dalam cerita).
Ia merupakat perangkat sastra yakni ketika tokoh dalam narasi sedang
menceritakan sebuah cerita. Cerita dalam cerita ini sebenarnya bisa dipakai pada
semua jenis narasi, cerpen, novel, puisi, film, drama, lagu, esai, dan filosofi.
Cerita
berbingkai, atau jugas sering disebut sebai cerita dalam cerita. Umumnya,
cerita berbingkai ini berbentuk hikayat, seperti yang paling terkenal, Hikayat
Seribu Satu Malam, Hikayat Bayan yang Budiman, dan Hikayat
Bakhtiar. Kita ambil contoh, pada hikayat seribu satu malam, cerita utama
adalah mengenai Syahrayar dan Syahrazan, kumudian, syahrazan bercerita
sepanjang seribu satu malam, misalnya menceritakan Qais dan Laila yang kemudian
dikenal sebagai Laila-Majnun, Abu Nawas, Aladin, dan masih banyak lagi.
Cerita
berbingkai ini sejatinya bersasal dari India, namun masuk ke dalam kesuasastraan
Melayu melalui Arab Parsi, sehingga, gaya dan pengaruh yang lebih kuat pada
cerita berbingkai Melayu dan Nusantara lebih banyak didominasi oleh pengaruh agama
islam dari pada pengaruh Hindunya.
Stuktur
cerita berbintang umumnya terdiri atas cerita inti dan cerita sisipan. Kemudian
penokohannya terdiri atas tokoh manusia dan tokoh binatang. Tokoh manusia pada
cerita berbingkai bisa beragam, ada yang dari istana, ada pula yang dari rakyat
jelata. Sedangkan tokoh binatang bersifat personifikasi. Contoh cerita
berbingkai di nusantara bisa kita temukan dalam cerita-cerita seperti Petani
dan Monyet, Petani dan si Kancil, dan lain-lain.
Sifat cerita
berbingkai adalah adanya sisipan atau tambahan di dalam cerita utama untuk
menguatkan cerita utama dan umumnya di luar dari cerita utama, bersifat romantik,
banyak mengandung kiasan dan sindiran, sering menggunakan karakter binatan, banyak
keajaiban, banyak perjalanan ajaib, benda ajaib, serta tajuk cerita menggunakan
tokoh utama kemudian memunculkan cerita baru. Lengkapnya bisa dilihat di sini, >>>>http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/node/2285.
CERITA
BINATANG
Cerita
Binatang atau ada yang menyebutnya sebagai Fable adalah salah satu jenis
karya sastra, cerita fiksi yang ringkas, dalam prosa atau syair, yang
menampilkan binatang, makhluk legenda, tanaman, benda mati, atau kekuatan alam
yang antropomorfis, dan yang menggambarkan atau mengarah pada pelajaran moral
tertentu, yang pada akhirnya dapat ditambahkan secara eksplisit sebagai peribahasa
atau ungkapan.
Fabel berbeda
dengan cerita perumpamaan. Cerita perumpamaan tidak menceritakan binatang,
tanaman, benda mati dan kekuatan alam sebai pelaku yang menerima kekuatan Sebuah
dongeng berbeda dari sebuah perumpamaan dalam mana perumpamaan yang terakhir
mengecualikan binatang, tanaman, benda mati, dan kekuatan alam yang berbicara
atau kekuatan manusia.
Fabel
umumnya bisa ditemukan di semua negara, karena ia bersifat lisanan atau masuk
ke dalam kategori sastra lisan yang diturunkan atau disebar luaskan dengan cara
dituturkan.
Sedikit berbeda,
pada cerita binatang secara khusus, ia umumnya muncul dari cerita cerita
berbingkai sebagaimana saya tuliskan di atas. Dalam ke susastraan lama, banyak
cerita binatang yang secara khusus muncul dari cerita berbingkai, namun ada
juga yang berdiri sendiri sebagai fabel.
Sampai di
sini dulu, sampai jumpa lagi pada tulisan berikutnya.
AKU CINTA
PADAMU
SALAM!
No comments:
Post a Comment