Showing posts with label Curhat. Show all posts
Showing posts with label Curhat. Show all posts

Tuesday, December 15, 2020

MERAYAKAN DESEMBER 2020

SALAM.

AKU CINTA PADAMU.

gambar pemanis ini berserakan di WAG, dan lain-lain maafkan kami Oda Sensei

Hai pembaca yang Budiman!—semoga kalian sehat selalu. Bagi yang sedang tidak sehat dan masih sempat membaca ini, semoga lekas sehat, dan segera kita semua terbebas dari padi covid-19 sialan ini.

Oh iya, sebelum melanjutkan membaca, jangan lupa, siapkan kopi, rokok, cemilan, atau sekedar antimo, kalau-kalau terjadi mual Ketika membaca ini. Selamat membaca, dan mengacaukan pikiran.

Tuesday, September 22, 2020

PERTUNJUKAN HARUS TETAP BERLANGSUNG

 

Gambar pemanis, jepretan sendiri waktu pentas di Malaysia

Menjalani hidup dimasa sekarang ini banyak yang serba salah dan serba membingungkan. Ada banyak hal yang harus dibarukan, mulai dari cara pandang pada hidup, cara menjalani dan menyikapinya, dan cara bertahan. Mungkin, banyak sudah dari kita semua yang merasa gamang, lesu, kesumat dan mungkin juga putus asa. Tapi, ada juga yang sudah menemukan cara baru dan kemajuan-kemajuan baru yang sudah bisa dinikmati.

Pandemi Corona Covid-19 ini memang sialan. Mau sok tidak percaya dan cuek-cuek saja seolah tidak berbahaya karena TBC masih unggul sebagai penyakit menular dan mematikan, ada tetangga dan keluarga yang terkena dan bahkan meninggal. Mau percaya dan pasrah begitu saja pada kenyataan, perut lapar, dan tagihan berdatangan ke rumah tanpa henti. Sungguh, situasi ini sangan an-nyeng pisan lah. 

Monday, October 2, 2017

Menonton PESTARAMA UIN Jakarta 2017

PESTARAMA UIN Jakarta
PESTARAMA UIN Jakarta



Postingan Telat



Sabtu, 20 Mei 2017, UIN Jakarta.

Tulus atau tidak urusan belakangan, namun nyatanya gw nonton pertunjukan teater di kampus UIN Jakarta lumayan terhirbur. Mungkin juga penonton lain terhibur sebab mereka tertawa, terharu dan tertegun menyimak pertunjukan dengan cara yang tulus. Hal itu bisa berarti dua makna, mereka menonton dengan tulus atau memang sejatinya pertunjukan memang menawan.

Pertunjukan ini dalam rangkaian ujian akhir semester mahasiswa FITK jurusan Pendididikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Jakarta, atau sudah biasa mereka sebut PESTARAMA. Kegiatan ini sudah berjalan cukup lama, dan selalu membaik dalam segala sesuatunya. Tahun ini, mereka mengusung sepekan bersama Putu Wijaya setelah tahun lalu mereka berpesta bersama Arifin C. Noor.

Jujur, dari semua rangkaian acara dan pertunjuka teater, saya hanya menonton satu saja yakni AUM yang disutradarai oleh Futuha Arifin. Pertunjukannya lumayan bisa dinikmati dan menghibur. Untuk ukuran pekerja teater pemula bahkan sekelas ujian matakuliah, ini sudah lebih dari cukup bahkan juga bisa disebut layak konsumsi. Dengan kata lain, segala kekurangan yang ada, mampu tertutupi oleh kelebihan yang mereka berikan.

Ya, kalau mau dikupas lebih dalam, tentu kekurangan itu akan nampak jelas, atau bagi para penonton teater pro, kesalahan dan kekurangan pasti nampak jelas di hadapan mata. Salah satu yang pa paling jelas adalah kurang jam terbang dan kurang intens dalam latihan.

Tulisan ini bukan tulisan serius, bacanya tak perlu seserius itu. Anggap saja, ini celoteh penonton yang merasa mendapat kepuasan menonton atau penonton yang tak berani langsung untuk memaki pertunjukan yang jelek. Namun sekali lagi saya pertegas, terlepas mereka tak terlalu dalam masuk kedalam absurditas Putu Wijaya, segala kekurang interpretasi dan penyajian, masih berimbang dengan kerja keras usaha mereka untuk menyajikan AUM versi FITK UIN jakarta, versi Futuha Arifin dan tentu saja juga versi Echo Chotib selaku pendamping pertunjukan.

Terakhir, Selamat, Selamat, Selamat.

Aku Cinta Padamu.

Sunday, September 11, 2016

Cerita Foto - Galungung Setelah Hujan (Galunggung After The Rain)




Galunggung After The Rain, bahasa Inggrisnya mungkin begitu. Tapi sepertinya lebih asyik pakai bahasa Indonesia, Galunggung Setelah Hujan






Cerita Foto - Galungung Setelah Hujan
Galungung Setelah Hujan


Foto ini saya ambil ketika saya bersama Istri saya dengan sangat sengaja pergi ke Gunung Galunggung pada 5 April 2016. Sungguh, kami tak tahu akan ada hujan saat kami di atas. Dan sungguh, kami memang sengaja naik setelah asar. Niatnya kami ingin menikmati sunset di atas Galunggung. Tapi, yang kami dapat lebih dari itu. 

Mulai menaiki tangga menuju kawah sampai ke bagian atas kawah, lokasi wisata ini nyaris sudah tak ada aktifitas. Baik pedagang atau pelancong lainnya. Hanya beberapa pasangan yang pacaran termasuk saya. sambil menikmati sepinya sekitar kawah, tiba-tiba hujan turun tak terduga. Deras dan nyaris membuat kami turun lagi. Tapi karena hujan terlalu deras, kami bertahan saja di warung-warung yang sudah tutup sampai akhirnya hujan reda.

Inilah saat yang paling indah. setelah hujan reda, kami seperti berada di atas awan. Jarak pandang pendek. Warna di dominasi oleh awan dan kabut. Yang terlihat hanyalah pasir yang hitam, tanaman yang masih terjangkau jarak pandang, dan tentu saja Istri saya yang memakai gaun merah!

Sungguh sangat menakjubkan. Akhirnya dengan kamera ponsel seadanya (Hisense PureShot) saya mengabadikannya. Salah satunya adalah foto yang saya tampilkan di sini.

Sesekali cobalah lakukan seperti yang kami lakukan....terutama para pecinta fotografi dan para hunter fotografi. Galunggung Setelah Hujan di senjakala sungguh sangat menakjubkan. Selamat berfoto, selamat berpetualang.

Tuesday, June 28, 2016

MARIA 1

Maria,
dimakan usia
matanya memancarkan pilu
keriputnya memendam rindu
;ia dikoyak sepi

Sejak lelakinya pergi lama kembali,
Maria menuntaskan sepi sendiri.
Dua anaknya belum bisa jadi sandaran
Pada siapa rindu dialamatkan

Waktu mengabadikannya dalam sunyi.
Lelakinya pergi takkan kembali.
Anaknya yang perempuan sudah bersuami,
Si anak lelaki sibuk mencari jati diri.

Maria,
meradang dalam sepi
menahan pilu di hati.
Maria asik sendiri
;mati sendiri dalam sepi


27 Mei 2016

Tuesday, May 24, 2016

KOPI PAGI DAN SAKIT GIGI



Kenapa manusia Indonesia, dunia pada umumnya, tanpa disadari diseret paksa namun halus untuk bisa berbahasa Inggris? Padahal, tentu saja, setiap manusia Indonesia bukan dan tidak semua keturunan Inggris atau Eropa atau Amerika. Tapi kenapa harus bisa berbahasa Inggris? Bukan bahasa India, atau Cheko, atau Findlandia, atau Arab misalnya? Apakah kesadaran manusia, saya atau anda sedang tinggi? Sehingga merasa perlu dan harus bisa berbahasa Inggris guna bisa bertukar pendapat dengan manusia di luar Indonesia? Ataukah memang kesadaran kita sudah rusak sehingga tanpa kita sadari bahwa yang kita anggap berkembang dan maju adalah salah satu bentuk kekalahan kebudayaan?

Secara tidak langsung, seluruh umat manusia di dunia ini, diseret untuk menggunakan bahasa Inggris dan mendorongnya menjadi bahasa persatuan dunia. Diketahui atau tidak, sudah ada beberapa negara yang menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa nasional kedua di negaranya. Sebenarnya, untuk ukuran berkembang baik-baik saja. Sebab sesuatu yang berkembang harus mampu masuk dan menerima segala kondisi perubahan dan tuntutan zamannya masing-masing. Tapi sungguh disayangkan jika Bahasa Indonesia yang jelas-jelas bahasa nasional yang lentur dan mampu dengan cepat menyerap bahasa dari luar lema rumpun bahasa Nusantara, menjadi bahasa kelas dua di tanahnya sendiri.

Sebagai contoh, yang paling sederhana, di beberapa perusahaan atau lembaga nasional, atau lembaga pemerintah menyaratkan kepada pegawai dan calon pegawainya untuk bisa berbahasa Inggris, bahkan beberapa meminta bukti surat keterangan kemahiran berbahasa Inggris sebagai pengguna asing setara dengan penutur asli. Sementara untuk bahasa negara sendiri (Bahasa Nasional: Bahasa Indonesia) tidak diminta syarat apapun atau minimal ada permintaan nilai minimum bahasa Indonesia. Padahal tidak semua warga negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke sudah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan dasaran atau acuan baku nasional. Di Jakarta misalnya, manusia Jakarta hampir sebagian besar merasa sudah berbahasa Indonesia, padahal tidak. Bahkan yang paling miris masih banyak warga negara Indonesia, wartawan, penulis, juga aparat pemerintah yang tidak bisa menggunakan kata bila dan jika dengan tepat. Ini sungguh disayangkan.

Saya pikir, anggapan negara terhadap warganya terlalu baik. Negara, khususnya lembaga bahasa memiliki anggapan bahwa manusia Indonesia sudah berbahasa Indonesia dengan benar. Seharusnya Negara, atau pemerintah, atau kementrian pendidikan, atau lembaga bahasa membuat kebijakan atau peraturan, bahwa setiap warga negara Indonesia harus sanggup dan bisa berbahasa Indonesia setara dengan nilai 8 dalam skala 10.

Memang, sudah ada usaha dari pemerintah, yakni menyelenggarakan Uji Kemahiran Bahasa Indonesia atau UKBI, namun usaha ini masih terbilang lemah. Selain pemberitahuan yang tidak merata, juga tidak ada perintah yang serentak. Seharusnya, negera memerintahkan, kepada setiap Instansi, lembaga atau perusahaan yang berada di Indonesia mewajibkan calon pegawainya memiliki surat keterangan kelayakan atau kemahiran berbahasa Indonesia. Bukan sebaliknya, setiap perusahaan bahkan lembaga pemerintah sendiri malah meminta surat keterangan berbahasa Inggris setara penutur asli!

Sebenarnya, yang waras siapa, yang memakai alat paling canggih tetapi tidak berbaju, atau yang berusaha berbaju dengan benar sambil mengikuti alat paling mutakhir?

*renungan rusuh sambil menikmati kopi dan sakit gigi….selamat pagi…jangan lupa ngopi supaya tetap waras… :-P


  

Tuesday, September 8, 2015

KESAKSIAN 70 TAHUN INDONESIA MERDEKA







sesampahan di kepala...monggo....




KESAKSIAN 70 TAHUN INDONESIA MERDEKA


1
Aku bersaksi,
tujuh puluh tahun sudah
negara Indonesia menjadi negara yang merdeka
tetapi rakyat Indonesia belum merdeka!

Aku bersaksi,
adalah kenyataan, bahwa rakyat Indonesia sejak zaman kolonial
rezim orla, rezim orba, dinasti reformasi, bahkan dinasti revolusi mental
rakyat Indonesia tidak pernah menjadi warga negara dengan hak yang penuh
berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan, urusan negara dan urusan pemerintah

2
Tengoklah kembali,
di zaman orla, rakyat hanya menjadi massa revolusi dan massa partai
sementara kelaparan dan kematian mengintai
di zaman orba, dinasti mataram berwajah baru
rakyat hanya menjadi massa pembangunan yang daya kreatifnya dibelenggu
penataran-penataran penyeragaman pikiran digalakan
dan kejahatan pemerintah oleh tentara diberikan dukungan
tentara melindungi kejahan pemerintah yang oleh rakyat tak bisa terbantahkan

Tengoklah kembali,
gerakan reformasi diadakan
rakyat dimanipulir membentuk barisan pemberontakan
seolah akan ada gerakan perubahan
kenyataanya,
reformasi hanya memberangus pemerintahan orba
rakyat tetap tidak merdeka
pemerintah hanya getol memperjuangkan posisi kedaulatan golongan mereka sendiri
bukan kedaulatan rakyat negri ini
mereka gede rasa
disangkanya suara mereka adalah suara rakyat
padahal hanya suara partai politik saja
mereka tak ubanya zaman mataram, kolonial, orla, dan orba
wajahnya saja yang baru
rakyat tetap tak merdeka dan terbelenggu

3
Kini,
reformasi berwajah revolusi
kemerdekaan tetap menjadi ilusi
rakyat tetap tanpa hak azasi
pemerinta hanya rajin mengumbar janji tanpa bukti
wajah-wajah baru yang arogan bermunculan
beradu kekuatan dan kecerdasan
sedang rakyat hanya menjadi bantalan dan sasaran

aku bersaksi,
Masih ada para pekerja yang tidak mendapatkan haknya sendiri
seperti sapi perah yang dilupakan majikannya sendiri
banyak orang yang menjadi gelandangan di negrinya sendiri
terlunta-lunta tanpa hak azasi
aparatur negara tidak membela rakyat
mereka tetap menjadi alat pemerintah untuk menindas rakyat
seperti di zaman kolonial, di zaman orla, di zaman orba,
di zaman reformasi, di zaman revolusi mental sama saja

Politikus asik memperkaya diri dan memperkuat kedudukan sendiri
Budayawan asik dengan proyek kebudayaan
sibuk memberi angka dan nilai pada perlombaan kebudayaan
Para penyair sibuk memperjual belikan metafora
berlomba dengan kata menuju langit tertinggi
sampai lupa menginjak bumi
Dan seniman, tetap menjadi buruh pusat kesenian sambil mabuk di emperan
Di sekolah para guru sibuk menata kurikulum dan memperjualbelikan buku pelajaran
Siswa dijelali hafalan dan menjadi terlunta tanpa keterampilan menyambut masa depan
Di rumah ibadah agawaman sibuk membela tuhan
Sambil membakar, membunuh dan menyiksa yang berbeda keyakinan

4
Aku bersaksi,
apalah artinya kemerdekaan tanpa kedaulatan
rakyat tanpa hak azasi dan pembinaan kesadaran
pemusatan kekuasaan pemerintah semakin berlebih-lebihan
sehingga daya hidup masyarakat terlumpuhkan

Rakyat yang tidak berdaya adalah rakyat yang kehilangan kemanusiaannya
kekuasaan pemerintah yang absolut menjadi berhala
mengobrak-abrik tatanan nilai moral dan peradaban
akhirnya terjadi proses erosi kemanusiaan
di dalam kehidupan berbangsa

5
Aku bersaksi,
dengan malu-malu dan ragu
sekelompok orang bertanya tentang nasionalisme dan rasa berbangsa
rasa berbangsa kita telah dirusak oleh cara bernegara yang salah
dan nasionalisme sudah lama menjadi sampah

bunga-bunga berguguran di pekarangan
mata nanar melihat kematian dan penindasan
pikiran dipenuhi jaring laba-laba kekuasaan

apalah artinya kekuasan
apalah artinya kekayaan
jika tak bisa menyelesaikan persoalan kemiskinan
dan hanya memperbanyak gelandangan dan pelacuran!!!
                                                                                              


(Lenteng Agung, Agustus 2015 )

Tuesday, August 4, 2015

8 Tips Mengatasi Kemandekan Menulis

Sebagai penulis yang tidak berbakat, malas dan tidak memperbaharui diri apa lagi banyak menulis, akhirnya saya akan menobatkan diri saya sendiri sebagai penulis yang nekat dan nekat jadi penulis.

Tidak memiliki materi dan keberanian untuk menulis seringkali menjadi salah satu penghambat mandeknya keinginan menulis dan ide di kepala menjadi tidak dituliskan. Ketakutan akan kesalahan nalar dan kesalahan sintaksis tanpa disadari juga menghambat proses menulis. Apa lagi kebiasan menjadi editor sekaligus penulis dalam waktu yang bersamaan, seringkali menjadi hambatan utama bagi penulis seperti saya.

Kira-kira, inilah yang membuat mandek menulis dimulai dari yang paling sederhana.

Pertama,
Tidak memiliki materi dan takut menulis

Merasa tidak memiliki ide menulis sering menghambat saya menulis. Padahal materi yang bisa dituliskan banyak sekali termasuk menuliskan borok-borok di dalam diri sendiri. Kemudian, munculah rasa takut menulis alias menjadi tidak berani menulis karena tidak punya ide yang hebat, besar, mendunia, dan fantastis. wew...

Kedua,
Ketakutan salah nalar dan kesalahan sintaksis

Ini pun menjadi salah satu penghambat saya menulis. Takut tidak terstruktur. takut isi pokok tulisan melompat-lompat alias struktur pikiran tidak urut atau bahkan salah. Padahal, ketakutan itu hanya akan terbukti jika tulisan sudah jadi, kemudian dipublikasikan dan mendapat umpan balik dari yang membaca. weeeee

Ketiga,
Kebiasaan menjadi editor dan penulis secara bersamaan

Kebiasaan baik sekaligus buruk ini pun ternyata menghambat saya. Baik karena memiliki kesadaran editor, buruk karena dilakukan bersamaan dengan menulis. Kesadaran mengedit kalimat yang tidak enak dibaca, merasa janggal, ternyata menghambat untuk menulis. Tulisan baru selesai satu paragraf langsung diedit karena merasa tidak enak dibaca. Di kemudian, tulisan baru selesai satu kalimat sudah diedit juga karena tidak wah sebagai pembuka paragraf...akhirnya kesulitan memilih kata pertama untuk menulis...kemudian berujung menjadi ketakutan dan malasa untuk menulis.

Bagaimana saya mengatasi itu semua?

Berikut 8 tips mengatasi kemandekan menulis yang saya lakukan dan baru pada tingkat kedua...-hahahaha-

Pertama, nekat
Kedua, nekat
Ketiga, nekat
Keempat, semoga terbiasa
Kelima, semoga memiliki kesadaran editorial
Keenam, semoga terlatih memiliki rasa bahasa
Ketujuh, akhirnya kehabisan usia
Kedelapan, saya tidak peduli....

Demikianlah adanya. semoga saya tidak edan, dan lebih mengedepan.... LoL
Semoga tidak bermanfaat

Monday, January 31, 2011

Buka-Buka file

Lagi buka-buka file di komputer, gua nemu saja lama. sajak yang gua tulis limatahun yang lalu...hmmm...ga terlalu lama sih, biasa aja, but...jadi ter ingat sesuatu...hmmm ah whateverlah...naon wae...


Yap Kadieu

yap kadieu cinta
urang ningali balong
anu pinuh ku bentang

yap, yap kadieu
di dieu aya cikopi jeung bala bala
keur nguseup,
cenahmah hayang katumbiri
jeung layung, susuganan ngait

yap, yap kadieu
urang mapay mapay galeng
nenjoan sawah anu keur tibra
bari ngais kanyeri lemah cai

yap kadieu cinta
di dieu aya keneh sapiring kaheman anu nyesa
urut barudak
basa keur perang poe kamari

yap, yap kadieu
tuh geura
aya mega mawa kembang ros
bangun beuruem
euleuh itu
itu geura

yap, yap kadieu
aya angin keur lulumpatan
bari mawa beja
aya anu keur katresna


cipasung, 2 Januari 2004