RABU ABU
I
Karena aku tak berharap untuk
berpaling lagi
Karena aku tak berharap
Karena aku tak berharap untuk
berpaling
Sejak hasrati anugerah miliknya serta
kemampuan lainnya
Telah kusudahi perjuangan untuk
berpaling lagi
(Mengapa sang elang tua membentangkan
sayapnya?)
Mengapa harus aku berduka
Atas hilangnya kuasa takhta ini?
Karena aku tak berharap untuk tahu
lagi
Soal kemuliaan yang melemahkan
kebaikan waktu
Karena aku tak berpikir
Karena aku tahu aku tak perlu tahu
Soal nyatanya sebuah adikara sementara
Sebab tak dapat kupuaskan dahaga
Di tempat itu, tempat pohon bersemi,
mata air mengalir, yang kini tak ada lagi
Karena kutahu waktu selalu berwujud
waktu
Dan ruang hanya selalu berwujud ruang
Dan yang nyata berwujud nyata hanya
sekali saja
Dan di sebuah tempat sajalah
Aku bersorak karena segala hal
sebagaimana mestinya dan
Aku menolak mengakui sebuah wajah
terberkati
Menolak mengakui suaranya
Karena aku tak dapat berharap untuk
berpaling lagi
Maka aku bersuka cita, saat harus
membangun sesuatu
Yang membuatku dapat bersorak
Dan berdoa agar Tuhan mengampuni,
mengasihi kita
Dan berdoa agar aku dapat melupakan
Segala yang tengah berpusing dalam
diriku
Terlalu rumit untuk dijelaskan
Karena aku tak berharap untuk
berpaling lagi
Biarkan kata-kata ini menjawabnya
Agar apa yang telah terjadi, tak
terjadi lagi
Semoga pertimbangan atas perbuatan
kita tak begitu pedih
Karena sayap ini tak mampu lagi
mengepak dan terbang
Semata kipas untuk menebas udara
Udara yang kini makin kering, kering
dan sesak
Lebih kering dan sesak dibanding
harapku
Ajari kami untuk peduli dan tak peduli
Ajari kami untuk duduk dengan tenang.
Doakan kami para pendosa, kini dan
kelak kala mati[1]
Doakan kami kini dan kelak kala mati