M E N J A U H
Apa yang ada dalam kepalamu ketika kenyataan dan cita-cita semakin menjauh dan berjauhan?
juga Apa yang kamu lakukan mendapati diri terkurung dalam kenyataan tetapi tak berdaya menjawab persoalan?
Catatan ini adalah saksi atas cacatan diri yang semakin hari semakin menampakkan kemenangannya. Sementara aku, hanya berjuang untuk menunda kekalahan saja sudah tak mampu.
Hari Kemarin, Senin, hari ini Selasa 30 april 2019, pukul 01.46 waktu laptop, aku mendapati diriku dalam keadaan tidak nyaman. Tidak nyaman atas peristiwa yang menurutku juga tak berdampak apa-apa pada hidupku secara langsung. Tapi aku tahu, kejadian dan pertistiwa hari Senin kemarin, selain merayakan Hari Puisi, juga penutupan haul Danarto di UIN Jakarta, akan berdampak bagiku dikemudian hari hari. Lengkap sudah, rangkaian acara selama satu minggu di UIN jakarta tak satupun yang aku hadiri, padahal jelas, setengah dari hidupku berkecipung dan bersinggungan dengan dunia semacam itu, puisi, sastra, apresiasi sastra, kesenian...dan hari ini, menjadi bukti, jiwaku semakin menjauh dari itu semua, sementara badanku tertinggal. eh, terbalik ya....tak. Malah lebih dekatnya, keduanya.
Sungguh, ini semacam kemalangan yang hadir menimpa berkali-kali. Terseret dalam kewajaran hidup, namun terlepas dari cita-cita dan tercabut dari akar adalah menyakitkan. Betapa tidak, sementara ragaku "seolah-olah" berperan menopang cita-cita, namun tanpa daya dan upaya aktualisasi diri. Aku terkurung imajinasi dan malah asik sendiri, sementara kenyataan tak pernah aku tengok dan aku rawat.
Catatan ini, menjadi saksi atas cacatan diri yang semakin hari semakin menang. Sementara aku, menunda kekalahan saja tak mampu.
Di kemudian hari, sementara nanti kita berada di masa depan yang entah, tulisan ini akan mejadi jawaban, apakah aku kembali pada cita-cita saat ini, atau cita-cita sudah aku ganti dengan yang lain. Tidak tahu.
Selamat menikmati kekalahan melawan waktu dan kewajaran.
No comments:
Post a Comment