Cacatan disampaikan pada bedah buku Kabayan, Dul Go International Karya Nuraeni Martawisastra Djunaedi yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tangerang, 25 Mei 2022.
Sebelum membaca, sila siapkan dulu cemilan atau kopi atau benda lainnya yang bisa membuat tenang, karena tulisan ini bisa jadi memicu serang mual dan sebagainya. wakakaka.
Selamat membaca, dan mari kita mulai!!!
------------------------
Maaf, jika judul tulisan
ini terasa terlalu bombastis. Tapi itulah adanya setelah saya berulang-ulang, mencoba membaca dan menelaah isi buku yang berjudul KABAYAN, DUL GO
INTERNATIONAL karya Nuraeni Martawisastra Djunaedi. Tulisan lain dari Nuraeni bisa dibaca di sini.
Ketika berhadapan dengan
sebuah buku, umumnya semua orang, atau mungkin hanya saya saja, impresi pertama
selalu datang dari judul buku, kemudian sampulnya, meski dalam kepala selalu
tertanam jangan menilai buku dari sampulnya. Tapi pada kenyataanya tetap saja,
mata selalu menjajah pikiran lebih kuat.
Dari sampul yang kita
lihat, kita dijajaki imajinasi yang kemudian memunculkan pertanyaan, apa
isinya? Bahkan kadang-kadang yang sering terjadi, karena tampilannya tidak oke,
kita tidak jadi membaca sebuah buku. Beruntunglah teman-teman tunanetra yang
tidak pernah dijajah mata dan tidak pernah melakukan penilaian terhadap buku
berdasarkan sampulnya.
Dihadapan buku dengan
judul KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL, saya dibuat bingung. Selain karena bukunya
menggunakan dua Bahasa, Inggris dan Indonesia dengan Inggris yang lebih dominan,
saya juga bingung dengan bentuk tulisan yang tersaji dan siapakah sasaran
pembaca tulisan dari buku ini.
Apakah buku ini adalah
kumpulan puisi, kumpulan cerpen, novel, atau drama? dari empat bentuk yang saya
sebut, mungkin hanya puisi yang kemungkinannya kecil. Meski puisi seringkali memiliki
kebebasan menciptakan bentuk, tapi rasanya terlalu maksa untuk menyebut
KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL sebagai kumpulan Puisi.
Begitu juga dengan bentuk
yang lainnya. Pada sub judul dalam buku KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL yang
jumlahnya ada 28 judul, tidak ada satupun yang bentuknya bisa disebut sebagai
cerpen, novel, atau pun drama. Ini, jika kita mengikuti kaidah umum penulisan
cerpen, novel dan drama. sebab secara teknis, bentuk penyajian tulisan tidak
ada yang mendekat kesana.
Cerpen dan novel,
seringkali disajikan dalam bentuk naratif deskriptif. Kemudian Ketika ada
dialog para tokohnya, dialog disajikan dalam bentuk kutipan langsung. Sementara
drama, dalam penyajiannya, cerita ditulis dalam bentuk dialog tanpa kutipan dan
dengan narasi yang lebih sedikit.
Nah, yang terjadi pada
buku KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL, penulis menggabungkan semua Teknik
penyajian yang saya sebutkan, yang akhirnya menjadi tidak punya bentuk meski
maksa bahwa itu adalah cerpen, sepertinya sulit.
Namun, jika kita mencoba
maksa sisi baiknya, baiklah, kita anggap bahwa ini adalah bentuk baru.
He-he-he-. Ini perlu kita apresiasiasi. Sebab, hanya sedikit orang yang mampu
melakukan itu.
Dari bentuk yang kita
terima, saya lebih senang menyebut tulisan ini sebagai sketsa. Jika pembaca
sering menonton televisi, ada beberapa acara televisi yang bentuknya sketsa
seperti tulisan dalam buku KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL. Misalnya acara adzab
di Indosiar. Pada acara tersebut, seringkali diawali dengan ceramah, kemudian
diberikan adegan penguat ceramah, dan terkahir sang ustadz memberikan
kesimpulan. Itulah bentuk yang terjadi pada KABAYAN, DUL, GO INTERNATIONAL.
Dari 28 judul cerita
dalam buku KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL, tidak semua bentuknya terasa aneh dan
terasa maksa, ada juga yang bentuknya baik, misalnya Kabayan, as Badut Istana
di halaman 37. Ini terasa seperti cerpen konvensional, akan mudah diterima
pembaca dan menurut saya berpotensi go international jika dulis dalam Bahasa
Inggris.
Pada judul tersebut,
cerita mengalir begitu saja dengan akhir cerita yang bisa langsung diterima
tanpa merasa aneh. Ini terjadi mungkin karena pola penyusunan plot dan struktur
ceritanya baik. Sementara yang lainnya terasa maksa.
Pada cerita yang lain, misalnya
dalam judul Selamatan Rumah, struktur plot cerita humor, di sini sangat bait.
Antara premis, kemudian setup dan punch linenya berhasil. Sementara yang
lainnya, jika mengikuti pola komedi yang baru saya sebutkan, pada punch line
terasa tidak berhasil dengan baik.
Jika tulisan-tulisan pada
KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL dimaksudkan sebagai humor yang lain atau labih
jauh mau disebutkan sebagai komedi satir, ini juga masih terasa jauh. Sekalipun
beberapa cerita misalnya dengan judul BAKAT cukup terasa satirnya.
Ada juga pada cerita lain
lagi dengan judul COMERCIAL BANK, sketsa yang dibangun untuk mengkritisi sistem
kredit bank terasa hambar.
DUL : Sudah bertamasya, sudah belanja,
jadi pusing kepala
KABAYAN :
Mengapa pusing kepala
DUL : Hutang Yan
KABAYAN :
Iya hutang
DUL :Pusing kepala mendadak hilang melihat
karyawati bank, berpakaian rapi, wangi, cantik. Malah kalau bisa, sesring
mungkin memberi tumpukan uang, setoran tagihan.
KABAYAN : Iya. Ketika dia asik menghitung tumpukan uang kita juga
asyik memandangnya tanpa dia sadari. Hehehe
DUL : Uang pecahan kertas terkecil, biar
lebih lama ngitung.
Dialog antara DUL dan KABAYAN soal
hutang sepertinya akan enak jika ditutup oleh KABAYAN dengan kalimat, “ketika
dia asyik menghitung uang, kita malah pusing menghitung hutang.” Pada kalimat
ini, pembaca akan mendapatkan pesan mengenai hutang, kredit, dan sistem
perbankan seperti dalam premis yang dibangun di awal cerita.
Terlepas dari semua yang sudah saya
ungkapkan, harus kita akui bahwa penulis cukup canggih untuk menarik pembaca
dengan mengambil nama tokoh KABAYAN yang sudah seperti legenda dan mitos bagi
orang sunda dan tokoh DUL yang sudah melekat sebagai ikon Betawi meski yang
membuat tokoh tersebut adalah seorang minang yakni Aman Datuk Madjoindo. Juga,
kehadiran DEN BAGUS, yang oleh penulis diletakan sebagai warna budaya jawa. Ini
menarik. Meskipun, sekali lagi, tidak terasa International, karena ketiganya tidak
dibuatkan seting cerita yang berlatar luar Indonesia, dan berusaha melihat
Indonesia dari luar. Hanya pada judul cerita WELCOME TO SINGAPORE saja, penulis
berusaha melihat Indonesia dari luar.
Kehadiran buku KABAYAN, DUL GO
INTERNATIONAL, terlepas dari kekurangannya, ini adalah sebuah Langkah berani
dari seorang Nuraeni untuk mencetak tulisannya dan mengabadikan padangannya
pada sekitar, pada apa yang ia rasakan, pada apa yang ia lihat dengan
menjadikannya sebuah buku. Bagaimanapun, ditengah gempuran media digital, buku
tetap lebih mewah. Meskipun, jangkauan media digital seringkali lebih luas dari
buku. Seperti beberapa tulisan dalam buku KABAYAN, DUL GO INTERNATIONAL yang
berbahasa inggiris, yang penulis sajikan di Blog. Justru potensi go
internationalnya lebih tinggi dari pada buku yang ditulis dalam Bahasa inggris,
tetapi diterbitkannya di Indonesia.
Pada KABAYAN, DUL, GO INTERNATIONAL, Penulis
juga tidak berusaha untuk menggurui pembacanya. Ia menulis dengan apa adanya.
Mengalir begitu saja. Sehingga tulisan-tulisan dalam buku KABAYAN, DUL GO
INTERNATIONAL tidak menjadi berat. Pesan yang ingin disampaikan pun bisa dicerna
dengan tidak perlu mengeryitkan dahi. Dan ini menjadikan buku ini menjadi bisa
dibaca oleh siapa saja.
Selain itu, hal yang patut kita tiru
adalah semangat menulis dari Nuraeni. Ditengah kesibukannya sebagai ASN, ia
masih sempat dan menyempatkan diri untuk menulis. Ini susah dan tidak dimiliki
oleh semua orang, tatapi bisa diikuti. Nuraeni, sampai disiini telah melakukan
kerja untuk keabadian. Sebagaimana kata pram, “MENULIS ADALAH KERJA KEABADIAN”.
Akhirnya, saya ucapkan selamat atas
kelahiran bukunya. Semoga terus hadir buku-buku yang lainnya, yang tentu saja
lebih keren dari buku yang saya baca ini. Saya tunggu buku berikutnya.
Sekian.
AKU CINTA PADAMU.
tulisan lain dari saya, Cek di sini.
1 comment:
Terimakasih sudah menanggapi tulisan tersebut,
Post a Comment