Wednesday, March 10, 2021

ISOLASI HARI TERAKHIR

SALAM

AKU CINTA PADAMU

Semoga kita semua selalu sehat, sehat, dan sehat! Semoga, teman, saudara, atau siapa pun yang belum sempat membaca ini, sehat juga. Jangan lupa, sebelum melanjukan membaca, siapkan sedikt cemilan, kopi, rokok, antimo, atau apapun yang bisa menghilangkan mual -- terlebih akibat dari membaca tulisan ini.

Salah satu pose berjemur selama isolasi

Selamat Membaca! Der--

Sejak divonis positif terkena Virus Covid-19 pada tanggal 26 Februari 2021, rasa percaya diri mendadak menurun tergantikan rasa curiga dan tidak percaya pada kenyataan. Bukan tanpa alasan, rasa tidak percaya muncul bersumber pada kenyataan bahwa saya merasa baik-baik saja. Tidak memiliki kondisi seperti yang dialami oleh orang lain yang juga terdampak. Padahal jelas, hasil pemeriksaan PCR menyatakan saya positif.

Bahkan, kecurigaan tergila yang ada dikepala adalah, saya dikonspirasi. Karena saya sehat, saya dinyatakan positif saja, toh kalaupun saya tidak melaksanakan protokol kesehatan dan melakukan isolasi, saya akan baik-baik saja, dan tidak membahayakan orang lain. dengan begitu, tim pengawas masih bisa mendapatkan dana bantuan karena di daerahnya ada yang positif. --- GILA---- sampai kesana saya berfikir. 


Bagaimana tidak, orang di sekitar saya yang terdekat, Istri, dan Ibu mertua, negatif. Bagaimana tidak senewen! Saya dan Ibu di periksa PCR pada hari yang sama, dengan hasil yang berbeda. Ibu negatif, saya positif. Kemudian Istri saya melakukan tes antigen, juga hasilnya negatif. Asli, pikiran saya rusak, rasa tidak percaya menghantui, sampai juga terpikir, jangan-jangan, pada hari itu saya terkena False Positif. KACAU---

----

Jum'at,  19 Februari 2021. Anggap saja, di sini semua bermula, berbagai keruwetan fisik dan psikis. Segala macam yang tak terdugapun bermunculan datang.

Hari itu, kira-kira setelah magrib, saya setengah berlari menuju rumah mertua. Ibu sesak nafas, sakit tenggorokan, hidung mampet, perut sakit, lidah luka --- dengan modal pengetahuan yang tidak jelas, saya datang dengan protokol kesehatan - hanya tak pakai APD saja - takutnya beneran, Ibu kopid. Dengan perasaan tegang yang tidak jelas, saya tangani ibu sebisa mungkin. Saya berikan teknik nebu manual dengan uap air panas dan minyak pepermin -- Selesai.

Malam itu selesai begitu saja --- setelah Ibu di uap dua kali dengan uap air panas dan minyak pepermint, nafasnya agak lega. dan---- ternyata hari sebelumnya ibu sudah ke puskesmas dan sudah sedang menjalani minum obat radang tenggorokan. Dari situ, saya tidak punya pikiran aneh-aneh. Ya sudah, begitu adanya. Karena ibu sudah, agak baikan, pulanglah saya --- dan, hari berikutnya biasa saja.

Minggu sore, ibu menelepon, sepertinya penting sekali. Lari lagi saya menuju rumah Ibu. Ternyata, sampai sana hanya urusan renovasi rumah. Nah, titik inilah yang kemudian menjadi lonjakan besar --- Selesai urusan hitung-menghitung urusan renovasi rumah, Istri saya kemudian mengantar Ibu ke RSUD depok untuk melakukan chek-up pada yang ia derita kemarin karena tenggorokan masih sakit. Di sinilah semua bermula. 

Prosedur rumah sakit saat ini, khususnya IGD, mensyaratkan periksa darah dan rongten, untuk memastikan calon pasien tidak terdampak kopid, terlebih yang seperti Ibu, yang ada sedikit sesak dan sakit tenggorokan. 

Sampai tengah malam, hasil pemeriksaan belum selesai --- hanya baru keluar hasil tes darah dan menghasilkan kata kunci Ibu REAKTIF terhadap kopid. Karena hasil rongten belum keluar, akhirnya Ibu tidak bisa pulang seperti beberapa waktu yang lalu, hanya untuk menunggu hasil rongten. Akhirnya bermalamlah seadanya, di RSUD.

Karena hasil pemeriksaan darah reaktif, dan rongten ada sedikit flek, Ibu diharuskan Isolasi mulai hari Senin. selain itu, lapor ke satgas di lingkungan, atau Puskemas di kelurahan tempat tinggal agar terpantau dan bisa dilakukan test Swab PCR --- nah, sampai lah pada situasi yang super unik dalam hidup saya.

Senin, 21 Februari 2021, setelah mengantar Ibu registrasi ke puskesmas satgas kopid supaya isolasi mandiri terpantau beres, saya pun di daftarkan sebagai kontak terdekat Ibu. Artinya, selain ibu terdaftar untuk diPCR, saya juga. Bagi saya, hari itu, tidak masalah--- toh itu baik --- menjaga situasi, kooperatif, dan terutama menjaga mental Ibu, karena darahnya reaktif. Sorenya, saya kembali lagi ke RSUD sendiri, memberesi administrasi yang terlewatkan waktu pagi hari menjemut Ibu.

Nah, hari itu, dalam situasi pulang-pergi ke RS, saya mengalami satu kondisi yang tiba-tiba merasa sesak, dan haus yang berlebihan. Padahal, seingat saya, saya tidak ada kontak langsung yang lama dengan orang lain, selain Ibu, Istri, Petugas RS di ruang rongten, tukang parkir, tukang baso bakar, tukang buah yang bahenol, tukang tahu pedas, mesin ATM, petugas puskesmas kedaung dan cinangka yang keduanya  pakai APD lengkap --- Malamnya, di rumah Umam, Fikri, Istri, dan satu orang lagi yang terlupakan namahnya karena baru ketemu. ---

Hari selasa, berlalu begitu saja sambil menunggu hari Rabu yang sudah dijadwalkan untuk PCR. Susah juga mengingat apa yang dilakukan hari selasa tanggal 22 Februari 2021 --- yang teringat hanya, Istri WFH sejak ibu ditetapkan reaktif dan harus menjalani Isolasi. Saya, seperti biasa, di depan laptop menyiapkan materi untuk perkuliahan Online. Hanya itu. Samai tiba hari Rabu yang ditunggu, saya dan Ibu melakukan tes Swab-PCR di Puskemas. Sampai di sini, tidak ada apa-apa, selain setelah PCR, saya tak berhenti bersin. 

Nah, saya ingat, hari Rabu itu, sinus saya cukup berat, karenanya saya minum obat pereda sinus, dan membersikan hidung dengan obat tetes khusus hidung. Nah, ini yang membuat saya punya pikiran, jangan-jangan False Positif. hahahaha --- ngawur

Setelah PCR itulah, ada sesuatu yang terasa berubah --- meski tidak banyak--- yang paling jelas adalah rasa haus yang berlebihan. Selebihnya baik-baik saja, dan normal. Ngopi enak, merokok enak, makan lahap --- tidak terlalu banyak yang salah. Bahkan pada hari kamis, saya mengantar Istri Swab antigen karena Jumatnya dia harus masuk kantor. Nah, ini juga unik, istri saya negatif di hari kamis tanggal 25 Februari 2021. Dengan begitu, saya tidak punya kecurigaan akan positif.

Hari Jumat tiba, 26 Februari 2021. Tetiba, saya ingin belanja yang entah-entah. hahahaha, dan belanjalah saya --- belanja lampu, tripopdnya, kabel, adaptor 12 volt untuk lampu led, dan lain-lainnya --- sampai akhirnya datanglah hasil PCR yang menyatakan SAYA POSITIF dan IBU SAYA NEGATIF --- Whaattt???

Ya,  Saya POSITIF terpapar kopid dan harus menjalani Isolasi mandiri--- inilah yang kemudian tiba-tiba meningkatkan rasa curiga dan kekisruhan di kepala. Ya, sedih? tidak terlalu, bingung? Sangat! kesal? iya --- kesal pada situasi --- karena banyak kerja yang mestinya bisa ketemu muka menjadi gagal. Mau nakal tak menjalankan isolasi, ada rasa takut juga --- takut beneran saya Kopid meski hari itu saya tidak yakin dan sempat langsung pergi mencari kliknik untuk melakukan tes Swab lagi--- beruntungnya, kliknik sudah tidak menerima karena sudah sore, dan disarankan esoknya. Tapi, akhirnya saya tidak pergi tes, saya terima saja, saya positif meski pada hari pertama isolasi saya stress.

kreasi mini studio selama isolasi dan gak jadi bikin konten isolasi. Hahaha

ISOLASI MANDIRI

Sejak menerima hasil Swab-PCR, saya stress meski tidak berat--- saya terus berfikir, kok bisa posititf? dari siapa, dari mana, saya kontak dengan siapa saja? bahkan saya punya tuduhan dalam kepala saya dan sempat saya lontarkan kepada teman-teman saya, jangan-jangan saya dikonspirasi oleh tim--- Ngawur sekali pikiran saya--- hahaha-- untung saja tidak saya sampaikan sebagai protes tidak terima hasil PCR --- wkkwkw bahaya--- 

Setelah melewati hari pertama isolasi dengan pikiran yang masih runyam, resah dan stress --- lelah dan bingung karena tiba-tiba, diam di rumah dan semua serba terbatas--- meski akhirnya saya isolasi di spot favorit di rumah, di pojok di bawah rak buku. Nah, yang paling membuat saya gerah adalah saya tidak tahan pakai masker--- ASLI, ini penambah stress dan keresahan yang lainnya --- urusan ini saya akhirnya agak bandel, sedikit-sedikit saya buka masker, dengan alasan, nyemil, makan, minum dan tentu saja, tidak terlewatkan, saya tetap merokok dan ngopi --- tidak berhenti satu haripun seperti yang disarankan. Karena saya tahu, kalau saya berhenti ngopi dan merokok, saya akan tambah stress dan tentu saja --- itu akan semakin menurunkan imunitas saya.

Saya rasa, saya beruntung tidak meninggalkan merokok dan ngopi --- sebab dengan begitu, stress saya tidak bertambah, dan imun saya bisa bertahan dan bertambah ke dalam kondisi prima. Dari sekian hari saya menjalani Isolasi mandiri, saya sempat bandel dan kabur ke luar rumah, naik motor kemudian nyari warung kopi --- ngopilah saya di sana, di warung Kopi dari Hati dan Toast di Pamulang itu pun sambil bandel tes swab-antigen --- pingin tau aja --- dan beruntunglah NEGATIF --- senadainya masih Postif lagi, saya pasti langsung bilang ke warung tempat saya ngopi, untuk segera tes --- wkwkwk seperti yang saya lakukan pada beberapa teman yang sempat ketemu di hari-hari sebelum saya tes PCR dan satu hari setelah Saya PCR--- 

Ada satu keunikan lain --- sebelum orang-orang yang saya minta untuk tes --- yang sempat ketemu dengan saya sebelum saya PCR dan satu hari sesudah, bahkan yang hari jumat bertemu, tak ada yang Positif atau menunjukan gejala akan positif. Ini, aneh dan unik --- jadi di sekeliling saya semua negatif, saya sendiri yang positif --- hahahaha 

Hal yang paling hmmmm selama isolasi adalah, saya minum beberapa vitamin, termasuk vitamin C dan B kiriman puskesmas, Habatussauda, dan Madu --- ada satu obat dari atasan istri saya yang tak ada mereknya --- rasanya itu seperti air kencing dan bau rumah sakit--- kemungkinan ini obat keras--- dengan dampak, saya sampai sakit mata dan ngantuk yang luar biasa --- lapar, dan haus yang luar biasa juga --- hahaha --- edun lah pokoknya ---

Selain itu, ada satu hal yang tidak biasa terjadi dan akhirnya membuat saya sadar, bahwa saya hari itu beneran sakit. Pada hari Minggu, saya tidak bisa ereksi --- biasanya pada kaum pria, ereksi di pagi hari itu adalah hal yang normal --- dan itu tidak terjadi pada saya selama tiga hari -- sabtu, minggu, dan senin pagi --- sampai-sampai saya paksa berfikiran yang ukhuy ukhuy dan nyari film ukhuy ukhuy juga, tetap tidak ada reaksi dan hampir menambah stress --- bagaimana tidak, saya laki-laki, baru 35 tahun, tidak bisa ereksi ---- sementara istri saya cantik dan bohay --- waaaaaahhh saya hampir stress lagi --- dan puncak dari semua adalah hari senin, tanggal 1 Maret 2021.

Ya, hari itu, senin, saya hampir stress total --- pagi hari tidak ereksi, telepon bertubi-tubi, ada yang bertanya soal kesehatan, tim puskesmas datang antar obat, wa tidak berhenti sampai malam --- saya di hadapan komputer dari jam 7 pagi sampai jam 9 malam --- dan berakhir, hari selasanya, saya sakit mata. !!! hareuh --- sejak itu saya buang pikiran saya dikonspirasi, dan waktu PCR terjadi False positif, Tidak --- nyata, saya Postif Covid-19.

Hari ini, Rabu 10 Maret 2021 adalah hari terkahir saya menjalani Isolasi mandiri, begitu kata petugas puskesmas, yang setiap haru selalu bertanya via WA, "bagaimana kondisi bapak hari ini?" dan saya selalu menjawab, saya baik, dan tidak ada gejala apa-apa --- dan tentu melaporkan saya sempat sakit mata dan ngantuk berat ---

Ya, hari ini terakhir Isolasi, besok atau lusa, surat keterangan dari puskesmas akan dikirimkan. 

Kamu, kalian, jangan tidak menjaga kesehatan --- karena ternyata, beberapa gejala yang tidak umum seperti orang lain yang sempat sesak, bisa saja terkena kopid...entah kondisinya seperti saya, entah lebih parah, entah sampai meninggal. Kita tidak tahu --- yang jelas, selama belum ada keterangan Dunia terbebas dari kopid, kita tetap harus menjaga kesehatan dan tetap mengikuti protokol kesehatan saat ini.

Karena bisa saja, yang kemudian membuat semakin sakit, dan bahkan benar-benar membuat sakit adalah kondisi stress karena tidak menerima hasil positif dan stress karena tidak bisa menjalankan isolasi mandiri --- ini bisa jadi membuat kita malah sakit beneran, dan si kopid berhasil berkembang biak dalam tubuh kita dan menguasainya!!! hati-hati si kopid berkeliaran loh --- wakakakak

Terimakasih pada keluarga, yang sudah mendoakan dan meberikan suport. Teman-teman yang sudah mensuport materil dan doanya, terimakasih pada Bu Ulfa atas kiriman sate dan tongsengnya, Bu Dewi atas kiriman Vitamin, minyak kayu putih dan maskernya, Mba Indri atas minyak racikannya yang super sekali --- dan terutama, Istri saya yang ukhuy --- yang tidak takut kopid dan menemani saya Isolasi tanpa meninggalkan rumah --- dan sempat diPCR juga oleh puskesmas dengan hasil NEGATIF dan sampai  3 kali swab selama saya Isolasi --- terimakasih semuanya --- 

Dahlah--- cape ngetiknya --- yang mau lanjutannya, tunggu saja siapa tahu ada momen yang teringat lagi, atau tanya saja --- atau berani ketemu??? hahahahah


cag!

SALAM
AKU CINTA PADAMU


9 comments:

Balakbak said...

Kovid merupakan sunatuloh sebagai penyeimbang kehidupan di dunia ini.

Unknown said...

Alhamdulillah,tetap kooperatif ya pak. Salut,masih punya rasa humor dlm kondisi sakit. Safakallah Bapak Mubarok.

HaJaR said...

This is a biggest bullshit in he world ever happened haha

Jawa ngapak said...

Alhamdulillah jadi punya tulisan wkwkwkwkwk tapi kadang was2 juga ya pak was was positip gila maksudnya wkwkwkwk ACP pak.

anginkamajaya said...

Betul

Zaky Mubarok said...

Setuju

Zaky Mubarok said...

Semoga kita selalu sehat.salah satu obat terbaik adalah bahagia. Salah satu yang bisa membuat bahagia adalah mentertawakan kebodohan diri sendiri. Salam sehat

Zaky Mubarok said...

Anggap saja sedang mengikuti pertunjukan sulap, atau pertunjukan tukang obat di pasar yang selalu berhasil mengelabui penontonnya

Zaky Mubarok said...

Lumayan jadi bahan tulisan. Sayangnya gak sempat bisa detil setiap hari...