Friday, February 5, 2021

BULAN YANG TERLEWATKAN

Salam

AKU CINTA PADAMU

Tulisan ini dibuat untuk mengingatkan bulan yang terlewatkan dengan tak produktif. Tapi sebelum lanjut membaca, alangkah baiknya jika pembaca mempersiapkan diri seperti biasanya, menyiapkan camilan anti mual--- karena bisa jadi, tulisan ini hanya akan membuat kamu mual dan muntah atau berujung marah-marah. Oh iya, jangan lupa siapkan kopi dan rokok---- karena kebahagian para "kopitalis" -memminjam istilahnya Hendri Yetus Siswono- adalah apapun aktifitasnya, JANGAN LUPA NGOPI.

selamat membaca

hanya sedikit orang yang memahami antara cita rasa dan ketakmampuan (dok. pribadi)

Bulan lalu, Januari 2021, blog ini tak menghadirkan apapun. Maka untuk mengingatnya, saya mau menulis, betapa bulan lalu, saya tidak produktif. Hari-hari saya hanya saya isi dengan pekerjaan rutin yang juga tak rutin-rutin amat, karena sedang lebih banyak bekerja dari rumah. Nah, di sinilah masalahnya, selama banyak berada di rumah, hari-hari saya, lebih banyak saya habiskan dengan tidur, menonton Youtube, dan hal-hal yang hanya memenuhi isi kepala dengan sampah. ya, sungguh sebuah cacatan yang mungkin sulit dimaafkan dan sungguh tidak produktif.

Bayangkan, saya, dalam satu hari, bisa menghabiskan sebuah drama Korea yang berepisode banyaknya. hanya dalam satu hari. hal ini terjadi karena merasa, drama tersebut berdurasi satu jam setiap episode bajakannya, dan totalnya hanya sekitar enambelas episode, jadi, ya saya habiskan saja. Al-hasil, hari berikutnya, saya tidur sepanjang hari, bahkan bisa sampai dua hari. Sungguh tidak produktif bukan!?

Hari berikutnya, bahkan sampai tidak bisa bekerja sama sekali, karena mata pedih, --- bukan karena menangis ya --- itu semata-mata hanya karena radiasi layar televisi dan mata lelah karena melihat layar televisi yang lumayan besar -- 50 inch--. dengan begitu, saya harus mengistirahatkan mata, padahal, hampir seluruh pekerjaan saya pada bulan Januari harus diselesaikan di hadapa laptop --- jing, sunggunh cacat harian saya ini.

Bulan ini, Februari 2021, saya tak ingin kehilangan momen dan mengulang bulan lalu yang tak membuat tulisan satu pun --- meskipun saya tahu, blog ini tidak ada pembacanya, dan tulisan ini pun tidak ada yang membaca. Bukan hanya karena blog ini sepi pengunjung, tapi juga karena tulisan yang saya sajikan tidak pernah memnggugah selera pembaca. Ya, ini karena tulisan di sini tidak memberikan informasi apa-apa selain lebih banyak saya curhat, dan catatan kecacatan saya. Tidak peduli, tulisan yang sekarang ini adalah salah satu bukti, bahwa saya selalu ingin membalas ke takproduktifan pada hari-hari sebelumnya. Selalu begitu --- tidak menulis lama, kemudian menulis, kemudian tidak menulis lagi, kemudian curhat lagi dengan tulisan, selalu begitu. Ancur!

Nah, karena bulan lalu saya banyak menonton korea, mulai dari Film sampai drama serinya--- tetiba, saya punya banyak pertanyaan, mengapa mereka bagus dalam menulis cerita? apakah di sana ada sekolah menulis cerita? apakah di sana ada sekolah khusus untuk menjadi penulis? sehingga cerita yang mereka tulis bisa begitu sangat menarik? pertanyaan ini sekarang menggangu kepala saya --- sama halnya pertanyaan ini sering terjadi ketika selesai menonton film India --- khususnya India Selatan. Jangan terlalu banyak berikir yang aneh-aneh hanya karena film yang saya tonton lebih banyak Korea dan India--- hahahahaha

Sebetulnya, belum banyak yang saya pelajari dari struktur cerita yang dibangun pada film-film Korea. Namun, belakangan, saya mulai melihat, bahwa, cerita yang mereka tulis selalu membawa kebudayaan mereka yang sudah mengakar dalam tanpa tabu. Misalnya, dari beberapa cerita yang saya tonton, sedikit banyak selalu ada cerita soal reinkarnasi, kelahiran kembali, karma hidup, nasib, dll yang mereka percayai dalam kehidupannya. Jadi, apa yang terjadi di masa kini dan yang akan datang, selalu berkaitan dengan masa lalu. 

Berbeda dengan Amerika, dalam penulisan cerita, mereka lebih banyak megaitkan hari ini dengan pandangan masa depan. Entah itu dengan mahluk yang datang dari masa depan, atau pandangan soal bumi dan kehidupan manusia di masa yang akan datang. Persamaan dari keduanya adalah, mereka tidak lupa dan mengabaikan apa yang sedang terjadi di masa kini. Cerita kemudian diakhiri, bahwa masa kini, atau apa yang sedang terjadi saat ini, lebih membutuhkan banyak perhatian.

Di luar dari konsep berfikir mereka, yang ingin saya soroti lebih kepada bagaimana mereka mengemas sebuah cerita dan bagaimana mereka menyampaikan cerita. Ide utama atau tema ceritanya mungkin biasa-biasa saja, tapi karena cara menyampaikannya menarik, cerita yang biasa itu menjadi luar biasa. Ditambah, nampaknya korea sudah selesai urusan teknik perfilman --- mereka sudah banyak unggul dalam menyampaikan sebuah gagasan, perasaan, situasi, mood, melalui gambar. Baik itu dalam drama seri, apalagi dalam Filmnya.

Pada drama seri Korea, yang katakalah sedikit-banyak bisa kita sejajarkan dengan sinetron kita -meski prakteknya sinetron kita lebih banyak digarap dengan cara garapan opera sabun atau sitkom- mereka menggarapnya tetap serius. Baik dari teknik pengambilan gambar, tata cahaya, terlebih struktur cerita. Entah kenapa, saya sekarang lebih suka drama korea ketimbang Sinetron negara sendiri. Kalau dulu, Sinetron kita, menurut saya, masih bisa dinikmati --- mungkin sebagian masih tahu, kita dulu punya Keluarga Cemara, Saur Sepuh, Angling Darma versi TPI, yang munculnya seminggu sekali--- yang kini, sinetron kita digarap hampir tayang setiap hari--- dari segi stamina, saya acungkan jempol--- sunggung mereka hebat sekali. Tapi kalau dari segi isi, teknik, saya masih ragu untuk kasih jempol banyak-banyak. Maaf.

Nah, dari sini, saya melihat, bahwa jangan-jangan, Korea, sudah sampai pada titik, bahwa karya lebih penting dari penghasilan. Jangan-jangan, mereka sudah sampai pada titik bahwa berkarya dengan serius dan menghasilkan karya yang bagus, lebih penting dari sekedar mendapatkan materi. Karena toh pada kenyataanya, karya yang bagus, harganya pasti tidak murah. Ini baru jangan-jangan loh ya---- kenyataan sesungguhnya kita tidak tahu --- sementara di negri kita sendiri, mau berkarya bagus tidak dihargai, sekalinya ingin ideal, tidak makan, sudah takut duluan, lingkungan tidak menduku, industri memaksa, pemerintah tidak menaungi, dan masih banyak lagi masalah yang lainnya yang akhirnya membuat banyak sineas lari dan berkarya seadanya, dengan harapan dan cita-cita suatu hari akan berkarya yang bagus --- ya, meskipun itu hanya emosi sesaat yang akhirnya hilang karena ternyata jam kerja membuat film striping telah menahnya.

Dari semua yang saya ceritakan di atas, tetap, saya masih tertarik, mengapa mereka bisa menulis cerita dengan baik? apa di sana ada sekolah jurusan menulis? di beberapa negara maju memang ada jurusan penulisan dengan nama jurusan penulisan kreatif atau "creative writing", jurusan loh ya, bukan mata kuliah atau mata pelajaran, yang tentu saja proyeknya adalah menghasilkan para penulis. Karena di luar sana, karya tulis adalah karya sastra -literature- sementara di kita karya sastra lebih sebih sempit karena hanya mengambil bagian fiksi saja. Sementara karya tulis di luar itu tidak terlalu mendapat perhatian dan kontrol, karena para kritikus "sastra" lebih banyak konsentrasi hanya pada karya-karya fiksi seperti cerpen dan novel, puisi, dan sesekali drama --- sementara karya tulis lainnya tidak mendapat kontrol dari kritikus --- termasuk penulisan cerita film karena dianggap bukan tugasnya --- kritik film tugasnya diserahkan kepada mereka yang memang mempelajari film, yang praktiknya, mereka lebih banyak mengkritisi soal teknik perfilmya. Sedikit sekali yang peduli pada jalan ceritanya ----

Ini sudah semakin melantur saja ya --- mestinya, saya mulai menata pikiran dan tulisan-tulisan di sini lebih fokus, tidak seperti ini, sekali menulis, segala hal dibicarakan tanpa rem dan arah yang jelas --- baiklah, supaya tidak melantur jauh, sekarang saya sudahi saja. Siapa tahu, nanti, kalau saya habis nonton, atau membaca, atau diskusi, saya mampu untuk membuat rangkumannya atau sekdar merespon saja.

Terimakasih sudah membaca curhatan cacatan harian saya yang tidak pernah produktif dan benar-benar serius dalam menulis. Cag!

Salam 
AKU CINTA PADAMU     


No comments: